Napi Terorisme Ingin Petunjuk Aman Abdurrahman

Napi Terorisme Ingin Petunjuk Aman Abdurrahman

Aryo Bhawono - detikNews
Kamis, 10 Mei 2018 01:04 WIB
Napi Terorisme Ingin Petunjuk Aman Abdurrahman
Aman Abdurrahman (Foto: Lamhot Aritonang)
Jakarta - Narapidana terorisme yang menguasai beberapa blok di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Jakarta ingin bertemu Aman Abdurrahman. Mereka ingin mendengar perintah Aman yang dianggap sebagai pemimpinnya.

Pengamat Terorisme Al Chaidar mengungkapkan keinginan para napi terorisme ini tertera dalam pembicaraan di grup pesan internet. Mereka ingin mendengar langsung perintah Aman Abdurrahman untuk menentukan langkah selanjutnya.

"Saya juga ada dalam grup pesan itu dan terus mengikuti, saya dapat kiriman gambar dan video. Memang dia (Aman Abdurrahman) pemimpinnya di Rutan Mako Brimob ini jadi negosiasinya langsung ke Aman-nya saja," kata Chaidar ketika dihubungi detik.com, Rabu malam (9/5/2018).

Ia menyatakan Aman merupakan pemimpin dan penuntut bagi jaringan Jamaah Anshar Daulah (JAD). Dia juga merupakan warlord atau pemimpin perang di Indonesia.

Al Chaidar menduga polisi masih ragu untuk memenuhi permintaan napi terorisme ini. Kelompok Aman selama ini terkenal dengan permintaan yang terlalu sulit untuk dipenuhi.

Aman mendekam di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua karena sedang menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Ia menghadapi berbagai dakwaan aksi terorisme, seperti mengarsiteki Bom Gereja Oikumene di Samarinda pada 2016, Bom Thamrin (2016) dan Bom Kampung Melayu (2017), serta dua penembakan polisi di Medan dan Bima (2017).


Mantan narapidana terorisme, Sofyan Sauri yang pernah mendekam di Mako Brimob mengaku juga mengikuti pembicaraan dalam grup pesan seperti Al Chaidar. Para napi di Mako Brimob, kata dia, meminta Aman memberikan konsultasi, apakah bertempur sampai mati, karena mereka sudah berbaiat sampai mati, atau ada negosiasi lainnya.

Sofyan menyarankan polisi dapat memanfaatkan Aman jika ingin pendekatan lunak dengan narapidana terorisme yang menguasai beberapa blok di rutan tersebut.

Penyelesaian penyerbuan bersenjat, kata Sofyan, bakal memiliki dampak besar karena perlawanan akan sengit dilakukan sampai mati. "Ini akan menjadi sejarah paling buruk bagi pengelolaan lapas dan rutan," kata dia dalam wawancara dengan stasiun televisi CNN Indonesia.

(ayo/jat)




Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads