"Industri butuh keterampilan kesiapan tenaga kerja, butuh macam-macam tapi tidak dipenuhi (oleh) kita. Paradoks lagi, ini daerah terbuka, ada masuk orang dari luar ke sini. Paradoks, 14 ribu loh industri di kita," kata Wahidin di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), Serang, Selasa (8/5/2018).
Industri dengan teknologi tinggi, menurutnya, juga tidak membutuhkan orang banyak. Perlu ada peningkatan kualitas tenaga kerja untuk masuk ke sektor seperti itu. Sekolah, menurutnya, harus menyiapkan lulusan yang 3 tahun siap kerja, termasuk menyiapkan lulusan dari BLK (Balai Latihan Kerja).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, perubahan daerah pertanian ke industri menambah angka pengangguran. Rencananya, menurutnya, pertanian ini akan jadi prioritas di tahun-tahun ke depan agar warga di daerah tak beralih ke sektor industri.
"Makanya akan kita potong, pertanian jadi prioritas di tahun-tahun ke depan," paparnya.
Di satu sisi, lewat pemerataan pembangunan dan industri oleh pemerintah pusat di wilayah, seperti Jawa Tengah, Sulawesi, dan Sumatera, menurutnya, hal itu bisa menurunkan angka pengangguran di Banten. Sebab, ia yakin ada migran yang datang ke daerah ini untuk mencari pekerjaan dan menambah jumlah pengangguran terbuka bagi wilayahnya.
"Dengan kecenderungan orang berkurang ke Jakarta dan Banten, akan berkurang pula jumlah pengangguran," tegasnya.
Untuk melindungi warganya, Wahidin juga menegaskan tidak membutuhkan perda untuk memprioritaskan warga lokal agar diserap oleh industri. Yang jelas, ia meminta perlu peningkatan keterampilan warga Banten, seperti lulusan setingkat SMK yang siap masuk ke industri.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis tingkat pengangguran terbuka (TPT) Banten pada Februari 2018 ada di angka 7,77 persen. Angka ini naik dari periode sebelumnya, 7,75 persen, dan berada di urutan kedua tertinggi setelah Jawa Barat. (bri/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini