"Kita apresiasi integritas dan kejujuran siswa dalam mengerjakan soal mengalami peningkatan. Tapi penurunan nilai ini juga tak bisa dikesampingkan. Ada apa dengan penurunan nilai ini. Apalagi kemarin cukup ramai siswa mengeluh soal UN yang terlalu sulit. Apakah soalnya, atau apa. Perlu ada evaluasi menyeluruh," kata Taufik dalam keterangan tertulis, Sabtu (5/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentu ini menjadi tantangan kita agar ada perbaikan pada pendidikan kita ke depannya. Apakah karena sistem yang berubah ke UNBK atau memang tingkat kesulitan soal yang meningkat. Atau justru malah tidak ada motivasi dari siswa, dalam kaitan menghadapi UNBK. Kita harap Mendikbud dapat mengevaluasi hal ini," harap Waketum PAN itu.
Sebelumnya, pelaksanaan UNBK dan UN berbasis kertas pensil (UNKP) jenjang SMA sederajat telah diserahkan pemerintah melalui Kemendikbud kepada dinas pendidikan provinsi. Kepala Pusat Penilaian dan Pendidikan (Puspendik) Kemendikbud M Abduh mengakui adanya penurunan UN SMA sederajat tersebut.
Dia berpendapat sekolah-sekolah yang beralih dari UNKP ke UNBK cenderung mengalami penurunan nilai UN. Kendati demikian, penggunaan UNBK juga memicu peningkatan Indeks Integritas UN (IIUN) di sekolah-sekolah tersebut. Bahkan berdasarkan data empiris UNBK juga berhasil meminimalisasi kecurangan UN.
Salah satu daerah yang nilai UN tingkat SMA/SMK/MA mengalami penurunan adalah Jawa Timur. Untuk jenjang SMA, terdapat 146.183 dari 172.105 siswa yang mendapat nilai di bawah 55. Angka ini membuat persentase siswa yang mendapat nilai di bawah 55 menjadi naik dari 85,13 persen menjadi 85,30 persen. (mul/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini