"Kasus korupsi massal di bawah Pak Gatot dikarenakan pinjaman pihak ketiga untuk menyuap DPRD guna memuluskan APBD dan perubahannya. Bagaimana Bapak Ijeck kelola APBD di Sumut agar kasus ini tak terulang?" kata Sihar dalam debat Pilgub Sumut di Santika Premiere Dyandra Hotel, Medan, Sumatera Utara, Sabtu (5/5/2018).
Ijeck berjanji akan mendorong transparansi anggaran dalam bentuk e-planning dan e-budgeting untuk mencegah praktik korupsi di Sumut. Ia menargetkan bersinergi hingga tingkat kabupaten/kota.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belum puas dengan jawaban Ijeck, Sihar kembali bertanya terkait hubungan antara eksekutif dan legislatif di Sumut. Termasuk dalam hal perencanaan, pembahasan, dan pengawasan APBD. Sebab, e-planning dan e-budgeting dinilai bisa saja tidak berjalan tanpa adanya pengawasan yang ketat terkait APBD.
"Saya tak sangka jawabannya sudah ada di visi-misi Djarot-Sihar. Bagaimana hubungan antara eksekutif dan legislatif di dalam ambil suatu keputusan dan juga jalankan perencanaan, pembahasan dan pengawasan APBD karena tanpa ini dilakukan dari bawah ke atas. Maka hal-hal yang dikatakan ke depan e-planning dan e-budgeting tak akan bisa terjadi. Bagaimana hubungan antara DPRD dan eksekutif dalam minimalisarisir korupsi?" terang Sihar.
Lantas, apa jawaban Ijeck?
"Kalau bagaimana eksekutif dan legislatif semua sudah ada aturan, apa pun yang ingin diputuskan pemerintah dirapatkan di DPRD. Kaitannya bagaimana tingkat desa, kecamatan, kabupaten, komunikasi harus terbangun Pemprov dengan Pemkot dan Pemkab. Sumut punya otonomi daerah, bukan seperti DKI. Kita berharap hadirnya Pemprov ke daerah bukan untuk membebani, tapi mengasih solusi," jelas Ijeck. (dkp/tor)