Pengurus Asosiasi Pemuda Muslim Hong Kong, Sharifa Leung, mengatakan umat muslim di Hong Kong saat ini berjumlah sekitar 300 ribu. Mereka berasal dari berbagai negara seperti Indonesia, Pakistan, India, Turki, dan negara lainnya.
Sharifa mengatakan salah satu tantangan yang dihadapi kaum muslim di Hong Kong adalah tempat ibadah. Sekalipun saat ini sudah enam masjid di sana, itu dinilai belum cukup apalagi jumlah traveler muslim yang datang ke Hong Kong terus meningkat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami punya enam masjid di Hong Kong di beberapa area. Dan jika kamu pergi ke mal, untuk berbelanja, kamu dapat menemukan tempat ibadah seperti di negara lain, kamu bisa salat saat berbelanja. Tidak di sini di Hong Kong," kata Sharifa di Masjid Ammar dan Osman Ramju Saddick Islamic Centre, Salvation Almy, Wanchai, Hong Kong, Rabu (25/4/2018).
Selain itu, Sharifa menyebut tantangan lain yang dihadapi oleh umat muslim terkait hubungan pekerjaan. Dia mendorong agar para pekerja yang non muslim itu bisa lebih memahami soal ibadah yang dijalankan umat muslim.
Salah satu contoh yang dia berikan adalah saat umat muslim berpuasa di bulan Ramadan. Dia mengimbau agar para pekerja muslim itu tak mendapatkan aktivitas luar ruangan yang terlalu menguras energi.
"Mereka harus tahu bagaimana bekerja dengan orang muslim. Sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadan. Mereka harus menghargai untuk tidak memberikan aktivitas di luar ruangan yang terlalu menguras tenaga," tutur Sharifa.
Hal lain yang perlu diketahui oleh non muslim adalah saat bekerja bersama seorang perempuan. Sharifa menyebut mereka harus tahu bagaimana bersikap dengan pekerja perempuan dalam sebuah ruangan.
"Pemahaman inilah yang ingin kami sampaikan kepada non muslim," terang Sharifa.
Selain itu, umat muslim juga sangat hati-hati dalam memilih makanan. Sharifa mengatakan umat muslim itu tak menyantap suatu hidangan bukan berarti tak menghargai namun dia melihat dulu halal-tidaknya makanan tersebut.
Pengurus Asosiasi Pemuda Muslim Hong Kong, Sharifa Leung (Foto: Kanavino Ahmad Rizqo/detikcom) |
"Misalnya ketika orang Hong Kong menyediakan banyak makanan, tapi orang muslim tidak memakannya. Jadi mereka harus menyediakan makanan halal. Itu salah satu pengetahuan dasar ketika bekerja dengan orang muslim," ucap dia.
Karena itu, Sharifa mencoba untuk mengenalkan pemahaman dasar kepada warga nonmuslim tentang kehidupan umat muslim. Bagi dia, itu merupakan salah satu dakwah untuk mengenalkan ajaran Islam.
"Di sisi lain, ini juga merupakan dakwah yang baik untuk membuat mereka tahu kebiasaan orang muslim," tutur Sharifa.
Terlepas dari hal itu, Sharifa menegaskan Hong Kong merupakan negara yang tetap ramah bagi umat muslim. Ramah dalam arti sisi keamanan untuk berlibur bagi traveler muslim.
"Ramah bagi muslim itu adalah aman, aman untuk liburan travel, jalan-jalan. Kamu tidak mendapatkan ujaran kebencian, perlakuan jelek dari masyarakat," tegasnya.
Selain itu, para pengunjung juga mudah untuk mendapatkan akses di Hong Kong. Sebagian besar warga di sana bisa berbicara bahasa Inggris.
"Saya pastikam Hong Kong aman, mudah mendapatkan akses, orang dapat berbicara dengan bahasa Inggris," imbuh dia. (knv/jbr)












































Pengurus Asosiasi Pemuda Muslim Hong Kong, Sharifa Leung (Foto: Kanavino Ahmad Rizqo/detikcom)