"Awalnya kita menerima laporan dari warga terkait penambangan di sekitar candi Muara Takus. Karena informasinya ada batu yang mirip candi makanya kita lakukan penelitian," kata Ketua Tim Teknis dan juga Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat, Nedik Tri Nurcahyo dalam perbincangan dengan detikcom, Kamis (26/4/2018).
Lokasi pengembagan penelitian para arkeolog pada penambangan batu atau galian C di Kecamatan XIII Koto Kampar. Menurut Nedik, timnya melakukan penelitian di lokasi bekas penambangan sekitar 1 km dari candi Muara Takus. Penelitian sudah dilakukan sejak 23 April lalu akan berakhir pada 28 April.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil penemuan batu-batu tersebut, kata Nedik, kondisinya sudah tidak ada yang utuh lagi. Bata-bata tersebut dalam bentuk pecahan-pecahan kecil.
"Kita hanya menggali ke dalaman 50 cm meter saja. Malah 30 cm sudah banyak ditemukan bata-bata pecahan. Tapi lebih dari 50 tidak ada lagi kita temukan," kata Nedik.
Pecahan bata-bata tersebut, kata Nedik masih akan diteliti kembali dengan membawanya ke lab. Ini untuk mengetahui apakah ada kaitannya bata-bata tersebut dengan keberadaan candi Muara Takus.
"Apakah ini ada kaitannya sebagai pendukung candi Muara Takus, masih ada penelitian lanjutan. Namun, tidak tertutup kemungkinan saling keterkaitan, itu dugaan sementara," kata Nedik.
Dalam penelitian, kata Nedik, pihaknya juga bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Kampar dam Provinsi Riau.
"Kita juga sudah sampaikan ke Dinas Pariwisata Kampar, agar lokasi yang kita dilakukan penelitian tidak dilakukan penambangan. Karena masih akan ada penelitian lebih lanjut," kata Nedik.
(tfq/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini