Dari data World Bank, jumlah tenaga kerja Indonesia secara keseluruhan tercatat ada 9 juta. Sedangkan jumlah TKA di Indonesia hanya 85 ribu dari berbagai negara.
"Kalau kita gunakan survei World Bank yang mencakup semua itu lebih besar lagi, karena semua TKI ada sekitar 9 juta kalau surveinya World Bank," kata Hanif saat ditemui di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (25/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait dengan pernyataan Jokowi yang menyebut isu TKA itu politis, Hanif tak membantahnya. Dia pun mengibaratkan dengan sejumlah orang yang berada di dalam sebuah ruangan.
"Kalau menggunakan bahasanya Pak Thom (Kepala BKPM Thomas Lembong), ada 1.000 orang di dalam satu ballroom, kemudian ada 1 orang asing, nah yang 999 orang merasa terancam dengan yang satu orang itu. Apa benar yang kayak gitu?" katanya.
"Berarti kan kalau itu nggak benar, berarti mungkin saja politis," tambahnya.
Hanif menjelaskan, faktanya, TKI-lah yang menyerbu negara lain. Sebab, jumlah TKI di Hong Kong 160 ribu, sementara jumlah TKA dari China di Indonesia berjumlah 24 ribu.
"Faktanya, kita yang menyerbu orang lain. Memang. Di Hong Kong saja 160 ribu, tenaga kerja China di Indonesia 24 ribu. Kalau 160 (ribu) sama 24 (ribu) itu, siapa menyerbu siapa?" katanya.
Sebelumnya, Jokowi berbicara tentang isu TKA yang disebut membanjiri lapangan kerja di Indonesia. Jokowi menyebut isu itu jadi komoditas politik.
Hal itu disampaikan Jokowi dalam peresmian pelepasan ekspor mobil di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (25/4/2018). Saat itu, disinggung soal penyerapan tenaga kerja oleh pabrik Mitsubishi Motors di Bekasi yang didominasi tenaga kerja Indonesia.
"Karena sekarang isunya akhir-akhir ini isunya adalah TKA, tenaga kerja asing. Padahal sebetulnya yang kita reform adalah bagaimana menyederhanakan prosedur administrasi untuk TKA. Berbeda," sambungnya.
Jokowi pun mengatakan isunya ini jadi bahan politik. "Inilah namanya politik," katanya. (jor/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini