Salah satu partai itu pasti tidak akan mendapatkan jatah capres atau cawapres.
"Kalau tiga partai politik bergabung menjadi poros ketiga, berarti ada satu partai yang mengalah untuk tidak menampilkan capres atau cawapres. Maka partai itu pun tidak akan mendapatkan efek ekor jas atau coat tail effect. Sehingga memilih untuk mendapatkan sebagian kekuasaan dibanding tidak memperoleh sama sekali," kata Rommy, dalam keterangan tertulis, Selasa (24/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: PPP Buka Peluang Terima Duet Jokowi-Prabowo |
Efek ekor jas yang dimaksud Rommy adalah pengaruh figur dalam meningkatkan suara partai di pemilu. Figur itu bisa berasal dari capres atau cawapres yang diusung.
Sebelumnya, Demokrat, PAN, dan PKB pernah disebut akan membentuk poros ketiga, setelah Gerindra dan PKS hampir dipastikan akan berkoalisi pada 2019.
Efek figur ini terbukti pada pemilu-pemilu sebelumnya. Ia mencontohkan efek ekor jas itu dinikmati Demokrat pada 2004 dan 2009 dengan figur Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sedangkan pada 2014, giliran PDIP yang menikmatinya dengan figur Joko Widodo.
Rommy menyebut partai yang mengusung figur populer memang belum tentu menikmati efek ini seperti pada 2009. Terbukti suara partai selain Demokrat turun. Sebab, SBY saat itu hanya terasosiasi pada Demokrat.
"Kalau asosiasi calon presiden hanya terafiliasi pada satu warna saja, maka partai pengusung yang lain tidak akan menikmati efek ekor jas," kata Rommy.
Maka, sebagai pengusung Jokowi pada 2019, PPP akan terus menyosialisasi figur tersebut. Jadi Jokowi juga bisa diasosiasikan sebagai bagian dari PPP. (nwy/ega)