"Angka tersebut bagi saya belum menjamin keterpilihan kembali Pak Jokowi," kata Sekjen PPP Arsul Sani kepada wartawan, Senin (23/4/2018).
Alasannya, survei tersebut hanya merepresentasikan suatu kondisi dalam kurun waktu tertentu. Menurut Arsul, diperlukan kerja konsisten agar angka elektabilitas itu tak menurun, bahkan terus naik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden Jokowi di peringatan harlah PPP. (Laily Rachev/Biro Pers Setpres) |
Terlebih, kata Arsul, belum bisa dipastikan apakah Jokowi akan kembali berhadapan dengan Ketum Gerindra Prabowo Subianto pada Pilpres 2019. Ia tak mau mengomentari soal elektabilitas Prabowo yang 'tersisa' 14,1 persen.
"Melihat aman-tidaknya tingkat keterpilihan Pak Jokowi sebagai petahana tidak bisa sesederhana dengan menjawab angka persentasenya sudah mencapai 60 persen atau belum," ujar anggota Komisi III DPR itu.
"Apalagi saat ini belum ada kejelasan apakah Pak Jokowi akan berkontestasi lagi dengan Pak Prabowo atau malah dengan capresnya. Selain itu, belum jelas juga siapa paslon yang akan berhadapan," imbuh Arsul.
Litbang Kompas merilis hasil survei terhadap elektabilitas bakal calon presiden 2019. Elektabilitas Jokowi naik, sementara Prabowo Subianto terus turun.
Elektabilitas Jokowi tercatat 55,9 persen. Angka tersebut meningkat dibanding survei 6 bulan lalu yang mencatat elektabilitas Jokowi masih 46,3 persen.
Kandidat capres lain yang disurvei adalah Ketum Gerindra Prabowo Subianto. Elektabilitas Prabowo tercatat 14,1 persen. Enam bulan lalu, elektabilitas Prabowo terekam 18,2 persen.
(tsa/tor)












































Presiden Jokowi di peringatan harlah PPP. (Laily Rachev/Biro Pers Setpres)