Sebanyak 79 orang suku rohingya terdampar di Perairan Kuala Raja, Kabupaten Bireun, Aceh. Sempat dievakuasi di tepian pantai setempat, mereka kemudian diinapkan ke gedung Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Cot Gapu, Bireun.
Muhammad Rafiq (55), seorang pengungsi rohingya yang bisa berbahasa melayu mengatakan bahwa mereka berangkat dari Myanmar pada hari kamis pekan lalu. Mereka menggunakan boat (kapal) ukuran 5 GT dengan membawa 79 orang dengan rincian pria berjumlah 44 orang, wanita ada 27 orang dan anak-anak sekitar 8 orang.
Kapal yang mereka tumpangi pun milik orang lain. Mereka merogoh kocek masing-masing untuk membayar kapal tersebut kepada pemilknya yang ada di Myanmar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kata Rafiq, mereka pergi karena negaranya itu dalam kondisi perang. Mereka memilih pergi untuk mencari kerja ke negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia, namun ditolak. Untung saja, persediaan minyak kapal ada sehingga tidak tenggelam di tengah laut.
"Berangkatnya hanya satu kapal. Tujuan kami ke Malaysia dan Thailand. Namun tidak diterima dan saya mengarahkan kapal ke Indonesia dengan harapan masyarakat mau menerima mereka sementara waktu," tambah Rafiq.
Selain mencari pekerjaan di Malaysia, kebanyakan dari keluarga mereka yang sudah berada di sana. Banyak saudara-saudara rohingya terdampar di Aceh sudah duluan masuk Malaysia dan menetap untuk bertahan hidup.











































