Selain kedua penyakit itu, Fahri mengidap penyakit paru-paru, epilepsi, dan scabies atau penyakit kulit. Di usianya yang akan memasuki 6 tahun, berat badan Fahri hanya 10 kg. Berat itu menyusut sejak Fahri tak lagi dirawat di rumah sakit.
Pada 1 April 2017, berat badan Fahri 11 kg. Fahri kemudian mendapat perawatan di Rumah Sakit Panggung Rawi, Cilegon, selama 2 bulan pada September-Oktober 2017. Sedikit asupan gizi masuk ke tubuh Fahri dalam masa perawatan itu. Berat badannya naik 4 kg menjadi 15 kg setelah Fahri keluar dari rumah sakit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lepas perawatan intensif di rumah sakit, Fahri dibawa pulang ke rumah, tapi penyakit yang menggerogoti Fahri terus menyusutkan berat badannya. Fahri kembali dibawa ke rumah sakit pada akhir Desember 2017 dan kembali pulang ke rumah pada awal Januari. Setelah itu, berat badannya kiat susut hingga 10 kg.
Terakhir kali dirawat, Fahri disarankan dokter untuk dipasangi slang untuk memasukkan makanan. Hal itu dilakukan karena Fahri selalu memberontak saat makanan dimasukkan ke mulutnya. Akibat penyakit epilepsi itu, bocah tersebut sering memberontak dan tubuhnya tak bisa lurus.
"Udah 2 minggu nggak dibawa ke rumah sakit, padahal harus seminggu sekali dibawa," tuturnya.
Orang tua Fahri yang kini tinggal di sebuah kontrakan berukuran 4x6 meter di Lingkungan Daliran, Kebon Dalem, Kecamatan Purwakarta, Kota Cilegon, tak punya biaya untuk merawat Fahri secara intensif, meski ada BPJS yang menggratiskan pengobatan jalan Fahri.
"Kalau berobat alhamdulillah gratis, ada BPJS, tapi ada obat kejang-kejang yang nggak bisa ditanggung BPJS, padahal itu obat utamanya," kata dia.
Bapak Fahri yang bekerja sebagai sopir dan ibunya yang bekerja serabutan butuh uluran tangan para dermawan untuk Fahri agar mendapat perawatan intensif. (asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini