Di depan 58 negara anggota Dewan Eksekutif UNESCO lainnya, Puan mengatakan Indonesia sudah memprioritaskan pemerataan akses pendidikan, pelatihan keterampilan, dan pembentukan karakter. Puan juga menjelaskan banyak kebijakan dan program yang pro-masyarakat miskin, termasuk pengembangan pendidikan di daerah-daerah yang kurang terlayani.
"Indonesia telah melakukan reformasi secara komprehensif terhadap kebijakan pendidikan dan pelatihan teknis dan kejuruan, yang telah sejalan dengan Strategi UNESCO 2016-2021. Namun perlu digarisbawahi bahwa pendidikan tidak hanya harus membuat seseorang menjadi pandai, namun juga untuk membuat orang tersebut lebih berbudaya," kata Puan dalam keterangannya, Selasa (10/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu disampaikan Puan dalam sidang UNESCO yang berlangsung pada 9-10 April 2018 di Paris. Sidang dipimpin Lee Byong-hyun dari Korea Selatan serta Direktur Jenderal UNESCO yang baru terpilih, Audrey Azoulay.
Puan menambahkan budaya merupakan kunci untuk membangun rasa hormat, toleransi, dan pengertian. Dia menekankan UNESCO harus punya peran yang lebih strategis. Bukan hanya untuk membantu negara-negara dalam melestarikan kebudayaan, tapi juga untuk mencapai perdamaian dan harmoni.
Puan memimpin delegasi resmi Indonesia didampingi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Dubes RI untuk Prancis/Wakil Tetap Republik Indonesia di Paris untuk UNESCO, serta Deputi Wakil Tetap Republik Indonesia di Paris untuk UNESCO.
Sebelum mengikuti sidang, Puan mengunjungi Google Cultural Institute Paris untuk meninjau kerja sama kebudayaan dengan Indonesia. Puan mengapresiasi upaya Google Cultural Institute yang telah melakukan pengarsipan digital atas karya seni dan warisan budaya dari seluruh dunia. Kerja sama ini tidak hanya mendokumentasikan karya seni dan sastra serta artefak kekayaan budaya Indonesia, tetapi juga mempromosikannya kepada dunia. (ams/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini