Amar indekos di Umban Sari, Rumbai, Pekanbaru. Saat king kobra akan dikeluarkan dari kandangnya, suara mendesis terdengar jelas. Suara mendesis itu pertanda tak mau diusik. Sebelum membuka lemari berkaca kandang kobra itu, Amar terlebih dahulu mengetuk kacanya. Desisan king kobra semakin kuat.
Gembok lemari dibuka. Digesernya kaca ke samping kanan. Terlihat king kobra dalam kandang yang berisikan daun pisang yang telah mengering. Warna daun pisang yang kering nyaris membuat ular itu tak kelihatan karena sama warnanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah ular keluar, Amar membiarkan king kobra itu. Tangannya dengan lincah mengambil daun kering yang membelit di tubuh king kobra. Daun kering diletakkan kembali ke dalam kandangnya.
Dengan sigap, tangan Amar memegang king kobra. Dia memainkan sebentar dengan tangannya yang bergerak ke kiri dan ke kanan. Lantas dipegang dan king kobra itu dia bawa ke pelataran depan rumah kosnya.
Warga yang melintas di depan kos akhirnya berhenti. Mereka menonton Amar yang tengah bermain dengan ular yang bisanya mematikan itu.
Beberapa kali terlihat king kobra ini mencoba mematuk Amar. Dengan lincah, dia menghindar. Walau kobra tetap menyerangnya, pria kelahiran Solo, Jateng, 25 tahun silam, itu bisa menenangkannya kembali.
Dengan posisi kepala ular yang berdiri, tangan kanan Amar diletakkan di bagian atas kepala. King kobra tampak tenang saat kepalanya disentuh.
Amar terus memainkan ular tersebut. Lagi-lagi ular liar itu kembali berusaha menyerang pemiliknya. Amar kembali melompat menghindari patukan king kobra.
Tak ada pengamanan khusus yang dia persiapkan. Amar hanya mengenakan sepatu outdoor. Sepatu ini sebagai pengaman bila kobra menyerang kakinya.
"Cuma pakai sepatu ini saja. Karena ular itu biasanya mengincar kaki kita," kata Amar saat dijumpai detikcom di rumah kosnya, Selasa (10/4/2018). (cha/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini