.webp)
Cerita pilu warga Kampung Ketiban, Desa Kaserangan, Pontang itu kala tiba-tiba lumpuh setahun lalu usai mencuci di sungai. Ia pingsan seketika tapi tak pernah diberi obat ala kedokteran modern. Keluarga hanya mempercayakan pada pengobatan sederhana ala mantri kampung. Sesekali, karena lumpuh dan tak bisa berjalan, keluarga mengandalkan pijatan tradisional.
"Jadi sakit sudah hampir setahun. Mau dibawa ke rumah sakit nggak ada biaya, nggak punya BPJS. Nggak punya semuaya juga di keluarga," kata suami dari Suariyah, Jumiah, di rumahnya, Senin (9/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumian mengatakan, keluarganya memang tak tersentuh oleh segela bentuk jaminan kesehatan milik pemerintah. Baik itu BPJS maupun yang sering orang sebut sebagai Kartu Indonesia Sehat. Selain ia dan keluarganya, mayoritas warga kampung Ketiban yang lokasinya di Kabupaten Serang memang jarang tersentuh program jaminan kesehatan.
Karena tak ada jaminan kesehatan inilah Jumian mengaku tak sanggup membawa istri tercintanya ke rumah sakit. Bukan hanya soal untuk uang perawatan, ongkos ke rumah sakit saja menurutnya tak punya. Apalagi, ia mengaku hanya kuli tani yang dibayar hanya dengan gabah.
"Pengen, nggak ada biaya. Kalau di rumah sakit kan kan tahu sendiri biaya nggak sedikit," katanya.
Jumian mengaku, sebetulnya beban keluarga bukan hanya sulit membawa istrinya yang lumpuh ke rumah sakit. Anak pertama bernama Almunawir bahkan sudah sekitar 23 tahun lumpuh. Tak bisa berjalan karena divonis terkena polio. Semenjak lahir, anaknya dibiarkan tergeletak di bagian dapur rumah.
"Itu polio katanya, step (kejang deman) panas sudah dari lahir itu mah. Dulu memang pernah dapat bantuan untuk rehabilitasi anak cacat" katanya.
Jumian mengaku masih ingin membawa istrinya tercintanya ke rumah sakit. Ia mengaku tak tega karena hanya memberi obat ala kadarnya. Harapan berobat gratis menggunakan KTP pun menurutnya tak pernah tembus ke telinganya.
"Nggak pernah dengar program itu. Tapi kalau mau dibawa ke rumah sakit mah mau," ujarnya. (bri/asp)
