Kabar itu diikuti video dan foto dari ular yang dibunuh. Anak-anak tampak bermain dan menginjak-injak bangkai ular yang panjang dan besar itu.
"Jadi kami masih kroscek kebenaran beritanya, karena berita bermula postingan di Facebook," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah III BKSDA Kalteng Nizar Ardhanianto kepada detikcom, Kamis (5/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nizar mengatakan unggahan itu ramai sejak Selasa (3/4) lalu. Dia menyebut pihaknya sudah menghubungi pihak yang mengunggah berita tersebut di FB. Namun, rupanya orang itu juga bukan merupakan sumber utama alias hanya mengunggah ulang berita dari pihak lainnya.
"Kami sudah menemui orang yang posting di FB, kalau di sini yang beredar itu akun Muhammad Arifin. Dia juga bukan orang pertama yang posting, jadi dia ngambil dari postingan orang. Jadi kebenarannya belum bisa dipastikan itu," terangnya.
Meski belum bisa dipastikan kebenarannya, Nizar mengatakan kawasan tersebut merupakan habitat ular jenis piton. Dia pun menjelaskan penemuan ular sepanjang 5-7 meter merupakan hal yang biasa ditemui.
"Kalau kebenaran beritanya belum bisa dipastikan, tapi kalau habitatnya itu dari hulu Sungai Barito itu memang habitat ular jenis python reticulatus. Jadi kalau informasi masyarakat sering dijumpai ular besar, ukuran kalau 5-7 meter berdasarkan orang di sana kadang dijumpai juga," jelasnya.
"Karena di sana hutan masih bagus di hulu Sungai Barito jadi ekosistemnya bagus, rantai makanan masih terjaga. kalau ukuran besar masih banyak dan dijumpai di sana," sambungnya.
Namun, dia menyayangkan jika ular itu benar dibunuh. Pasalnya pembunuhan satwa predator dipastikan akan menganggu jalannya rantai makanan di ekosistem tersebut.
"Dari BKSDA kita menyayangkan itu dibunuh, karena ketika satwa predator dibunuh maka rantai makanan akan terganggu. Karena itu pemakan jenis tikus yang menganggu pertanian warga, rantai makanan akan terganggu," ujar Nizar. (ams/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini