Di satu sisi, peneliti dari Balai Pengkajian Dinamika Pantai Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko juga memprediksi ada potensi tsunami di Pandeglang, Banten, setinggi 57 meter. Tsunami ini bahkan bisa sampai Jakarta Utara karena di Jawa Barat diprediksi adanya gempa megathrust di daerah subduksi di selatan Jawa dan Selat Sunda.
Atas kerawanan dan prediksi itu, apa langkah BPBD Banten untuk mengantisipasi terjadinya gempa dan potensi tsunami, khususnya di daerah selatan, seperti Pandeglang dan Lebak?
Sumawijaya mengatakan mitigasi dampak gempa dan tsunami di daerahnya tidak memprediksi sampai ketinggian tsunami 57 meter. Sebab, sejarah gempa besar akibat Gunung Krakatau waktu itu tsunami sampai ketinggian 20 meter. Dan sejauh ini ada dua shelter perlindungan, yaitu di Wanasalam di Kabupaten Lebak dan Labuan di Kabupaten Pandeglang yang sudah disiapkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu bersuara keras dan alat menekannya di sini. Kita tekan di sini, ada alatnya nanti berbunyi di sana," katanya saat ditemui di Jl Syekh Nawawi Al Bantani, Serang, Banten, Rabu (4/4/2018).
Warga di pesisir selatan Pandeglang sampai Lebak, menurutnya, juga sudah dilatih evakuasi jika terjadi bencana. Terakhir pada 2016 dilakukan latihan besar-besaran untuk daerah Kecamatan Cilograng, Bayah, Wanasalam, dan Malingping.
Ia melanjutkan, statement potensi tsunami di Pandeglang setinggi 57 meter memang sempat membuat warga di sana resah. Ia khawatir karena potensi tersebut diungkapkan ke publik, banyak warga yang tidak mau tinggal di pesisir. Bahkan warga Jakarta pun enggan berkunjung ke Pandeglang atau Lebak.
"Kalau memetakan rawan tsunami memang Lebak, Pandeglang, Serang, Cilegon. Dan untuk antisipasi, kita sudah melakukan latihan di seluruh kecamatan di bibir pantai. Mereka sudah tahu jika terjadi tsunami melakukan evakuasi mandiri ke daerah aman," pungkasnya.
(bri/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini