"Saya menyarankan Bu Sukma mau berbesar hati untuk minta maaf, mungkin beliau sedang khilaf atau slip of tongue. Saya sendiri baca istighfar membaca puisi ini," kata Priyo yang juga Sekjen Partai Berkarya ini kepada wartawan, Rabu (4/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski kemudian Sukmawati menyatakan tak bermaksud menyinggung sensitivitas Suku Agama Ras dan Antargolongan (SARA), namun polemik kadung bergulir hingga ke meja pelaporan polisi. Priyo memandang memang tak sepantasnya membuat puisi yang seolah mengolok-olok keyakinan.
"Untuk menunjukkan diri sebagai paling Indonesia atau keluhungan budaya tidak harus dilakukan dengan cara 'mengolok-olok' keyakinan agama seperti ini," nilainya.
"Sikap yang miskin negarawan dan justru kontra produktif terhadap keinginan kita membangun kesejukan di tengah kebhinnekaan," pungkasnya.
Sukmawati pun sudah angkat bicara mengenai puisinya yang dipersoalkan. Menurut Sukmawati, tidak ada unsur SARA dalam puisinya yang dibacakan pada Rabu (28/3) itu.
"Saya nggak ada SARA-nya. Di dalam saya mengarang puisi. Saya sebagai budayawati berperan bukan hanya sebagai Sukmawati saja, namun saya menyelami, menghayati, khususnya ibu-ibu di beberapa daerah. Ada yang banyak tidak mengerti syariat Islam, seperti di Indonesia timur, di Bali, dan daerah lain," jelas Sukmawati, Senin (2/4).
(van/fjp)











































