Mantri Sahidin, Tugas di Pedalaman Aceh dengan Gaji Rp 600 Ribu

Mantri Sahidin, Tugas di Pedalaman Aceh dengan Gaji Rp 600 Ribu

Agus Setyadi - detikNews
Selasa, 03 Apr 2018 13:12 WIB
Mantri Sahidin yang tugas di pedalaman Aceh (agus/detikcom)
Aceh - Pria berkulit cokelat itu duduk bersila di bawah cahaya lampu temaram. Kedua bola matanya menerawang ke atas. Baju singlet putih yang dikenakannya bolong di beberapa bagian. Dialah Sahidin (34), mantri kesehatan yang dianggap warga desa pedalaman Aceh Timur sebagai dokter spesialis beragam penyakit.

Tugas Sahidin di Kecamatan Simpang Jernih, Aceh Timur, Aceh tergolong sangat berat. Dia harus melayani warga di empat desa di wilayah pedalaman. Jarak antar desa pun hanya dapat dilalui menggunakan boat atau butuh waktu sekitar 30 menit. Jika arus kencang, maka nyawa menjadi taruhan.

Sahidin sudah bertugas sebagai mantri sejak 2006 silam. Statusnya masih tenaga kontrak dengan gaji/bulan Rp 600 ribu. Meski belum Pegawai Negeri Sipil (PNS), tapi Salidin juga didapuk menjadi Kepala Puskesmas Pembantu (Pustu) di Desa Melidi.

"Gaji Rp 600 ribu baru berjalan sekitar setahun. Sebelumnya gaji saya cuma Rp 300 ribu," kata Sahidin saat ditemui, Selasa (3/4/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salidin kadang bertugas sendiri menjadi tenaga kesehatan di empat desa. Letak empat desa yang menjadi tugas Sahidin ini terletak sangat jauh dengan ibu kota Aceh Timur. Dari pusat kota, menuju ke sana harus melewati dua kabupaten terlebih dulu yaitu Kota Langsa dan Aceh Tamiang atau butuh waktu sekitar dua jam. Tiba di Pelabuhan Aceh Tamiang, untuk ke Kecamatan Simpang Jernih harus naik boat dan butuh waktu sekitar lima jam.

Jalur transportasi satu-satunya ke desa ini cuma menggunakan boat dan berlayar menyusuri sungai Tamiang. Jika arus deras, maka masyarakat di sana harus menantang maut untuk sampai. Di boat, tidak ada baju pelampung yang disediakan.

Selama ini, Sahidin tinggal di Pustu di Desa Melidi. Namun setelah angin kencang melanda, atap Pustu rusak. Hingga kini, Sahidin terpaksa mengungsi ke rumah orang tuanya yang terletak tak jauh dari Pustu. Meski demikian, Salidin tetap melayani warga yang sakit dengan ikhlas.

Panggilan tugas mengobati warga sering didapatnya kala malam menyapa. Warga yang menderita berbagai penyakit kerap mendatanginya atau dia harus bergerak ke rumah pasien. Sebagai kepala Pustu, tanggung jawab kesehatan warga di empat desa atau 1600 jiwa ada di tangan Sahidin.

Pria lulusan Akper di Medan Sumatara Utara ini berkisah, beragam penyakit di desa pernah ditanganinya. Jika kondisi pasien sudah terlalu parah, biasanya langsung dirujuk ke pusat kecamatan atau langsung dibawa ke Aceh Tamiang. Perjalanan yang ditempuh memang tidak mudah. Pasien harus dibaringkan dalam boat kemudian dibawa turun menyusuri sungai Tamiang.

Sementara untuk penyakit ringan, langsung ditangani Sahidin dengan stok obat tersedia. Namun kebiasaan warga di sana jarang meminta obat. Tapi para pasiennya kerap minta disuntik meski harus mengeluarkan biaya puluhan ribu.

"Sekali suntik itu Rp 40 ribu. Dalam sehari kadang dapat pasien 4 orang. Dua orang bayar langsung tapi dua orang lagi ngutang," jelas Sahidin.

Selain mengobati beragam penyakit, Sahidin juga kerap membantu perempuan melahirkan. Maklum, di sana tidak ada bidan yang bertahan di desa. Rata-rata bidan turun ke Aceh Tamiang. Jika ada warga yang melahirkan, mau tidak mau Sahidin harus turun tangan.

"Pasien saya yang sudah melahirkan 9 orang. Itu saya nolong langsung. Setiap bantu orang melahirkan saya izin suaminya dulu," jelas ayah dua anak ini. (asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads