Ide mendukung Gatot Nurmantyo menjadi calon presiden dalam pemilu 2019 terbersit begitu saja dalam kepala Rama Yumatha pada 1 Januari 2018 lalu. Ide ini ia tuangkan dalam ajakan dukungan melalui facebook miliknya pada hari yang sama. Hasilnya tak terduga, sebanyak 3.000 akun memberikan respons dukungan.
Ajakan melalui facebook inilah yang menjadi cikal bakal pembentukan Relawan Selendang Putih Nusantara (RSPN) untuk mendukung Gatot. Rama menindaklanjuti dengan pembuatan grup whatsapp, menggelar kopi darat, lalu sepakat mendirikan posko.
"Pada Januari kami kopdar (kopi darat/ pertemuan langsung) dan sepakat membentuk posko-posko di daerah," aku Rama ketika berbincang dengan detik.com, Senin (2/4/2018).
Organisasi relawan ini berkembang cepat, dalam waktu tiga bulan mereka sudah membentuk 116 dewan pimpinan daerah (DPD) dan sekitar 30-an dewan pimpinan wilayah (DPW). Persyaratan legalitas-pun dituntaskan pada Februari lalu. Rama mengaku memodali pembentukan dengan merelakan menjual drum set dan gitarnya, untuk mengurus legalitas dan mengirimkan surat keputusan pembentukan perwakilan pengurus di daerah.
Di akun facebooknya, Rama tercatat sebagai Produser Eksekutif dan Direktur Musik di PT ReMZ Music Indonesia, perusahaan rekaman.
Ia menyebutkan kilatnya pembentukan jaringan relawan ini bukan berarti mereka memiliki hubungan langsung dengan Gatot. Rama mengaku baru bertemu dengan Gatot saat mantan panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) itu menjadi pembicara di Masjid Al Azhar, Jakarta, 3 Maret lalu.
"Istilahnya kami baru kedip-kedip mata dengan Pak Gatot, belum ada pembicaraan serius sebelumnya. Rencananya baru tanggal 8 April 2018 kami akan bicara lebih banyak," jelas Rama.
Pengikut relawan ini tak ragu membuat inisiatif, relawan berbagai daerah berani membuat poster untuk Gatot. Semua poster itu dibubuhi dengan lambang RSPN. DPW Aceh, Kepulauan Riau, dan Papua sudah memasang, kata Rama, untuk Cikini belum berani pasang karena waktu itu belum pensiun.
Rama mengaku anggota relawan berasal dari beragam latar belakang. Bahkan relawan aksi pemidanaan Basuki Tjahaja Purnama, aksi 212, juga bergabung bersama skelompok lain. Mereka umumnya gerah dengan calon yang mengemuka untuk pilpres 2019 kelak, calon ini sudah bertarung di pilpres 2014 lalu.
"Kan ada dua gajah, yang satu masih nekat maju lagi dan satu lagi pencitraan," ujarnya. (ayo/jat)











































