Pemerintah Prihatin Nilai Ujian Nasional Merosot
Jumat, 01 Jul 2005 14:44 WIB
Jakarta - Sistem konversi nilai diharamkan dalam Ujian Nasional (UN) 2005. Akibatnya, banyak siswa SMU yang tidak lulus. Hal ini mengundang keprihatinan pemerintah. Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, tidak diterapkannya konversi nilai dimaksudkan untuk memetakan kelemahan-kelemahan daerah yang tingkat kelulusannya rendah. "Pemerintah prihatin atas hasil itu. Tetapi toh kenyataan yang harus kita buka. Sejak dulu memang kualitas pendidikan kita rendah. Kita sadari itu. Cuma, kita dulu memolesnya dengan berbagai cara," kata Kalla di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (30/6/2005).Menurut Kalla, daerah-daerah yang pendidikannya rendah akan diberikan perhatian ekstra, diberikan dana, dan guru-gurunya pun harus ditraining.Dalam kesempatan itu, Kalla mengimbau siswa-siswi yang tidak lulus UN untuk belajar lebih keras lagi. "Kita tidak ingin menyusahkan murid. Kita ingin murid belajar dan bekerja lebih keras. Kita meminta orang tua, gubernur dan bupati juga memperhatikan lebih keras bahwa di daerahnya pendidikan rendah dibanding secara nasional," imbau Kalla.Daerah-daerah yang tingkat kelulusan dan nilai Ujian Nasionalnya merosot antara lain, nilai UN siswa SMU dan SMK di Padang. Bahkan, di Aceh, ada satu sekolah yang 100 persen siswanya tidak lulus UN.
(aan/)