Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian Dampak Lingkungan dan Kebersihan (Kasi Wasdal) Sudin LH Jakut, Suparman mengatakan pihaknya sebelumnya sudah melakukan uji sampel air di BKT Marunda pada 5 Maret 2018.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ada tiga parameter yang diuji dari air di BKT Marunda yaitu kandungan fosfat, nitrat, dan biochemical oxygen demand (BOD). BOD diukur untuk mengetahui banyaknya materi organik yang dapat terurai secara biologis dalam sampel yang diuji.
"Hasilnya telah kita ketahui bersama. Dari kandungan yang melebihi bakumutu ada tiga item yaitu BOD-nya, tapi nggak terlalu tinggi. Juga kemudian nitratnya tidak terlalu tinggi, juga klorin," kata Suparman kepada wartawan di BKT Marunda, Senin (26/3/2018).
Sudin LH Jakut sebelumnya juga sudah menguji kadar fosfat di air BKT Marunda. Kandungan fosfat diuji karena fosfat adalah salah satu kandungan dalam detergen, yang disebut sebagai penyebab busa di BKT Marunda.
"Memang kalau dari busa yang ditimbulkan kalau dari analisa laboratorium tidak menunjukan prospek dari fosfatnya itu tinggi, karena fosfat yang batas maksimalnya 0,2 tapi hasil labnya 0,024. Fosfat itu kan berada di dalam detergen, kalau melebihi ambang batas maksimal ya airnya bahaya," ungkapnya.
![]() |
Dengan demikian, kondisi air di BKT Marunda pada 5 Maret 2018 masih dalam kategori aman. "Kalau dari unsur limbah, memang masih jauh dari unsur bahaya, jadi masih posisi aman. Apabila kegiatan dari rekan rekan yang mencari ikan, baik itu penjala, pemancing, ikan yang dikonsumsi pun masih situasi aman," papar Suparman.
Kini, Sudin LH Jakut kembali mengambil sampel air di BKT Marunda untuk mengetahui apakah air tercemar atau tidak. Jika hasil pemeriksan saat ini masih sama dengan pemeriksaan sebelumnya pada 5 Maret 2018, Suparman memastikan kalau kondisi air aman.
"Mudah mudahan hasilnya sama, jadi kalau sama ya nanti dari unsur yang punya BKT saja supaya untuk busa ini tidak keluar bagaimana. Dari kami sudin hanya dari analisa lab saja," tutupnya.
(imk/hri)