"Kalau kita tergantung pada cuaca kalau air lagi pasang kapal bisa merapat.Tadi sekitar pukul 15.00 WIB air surut, kita takut kapal fiber kena karang bisa pecah. Makanya tadi kita hentikan karena air surut," kata Kepala Seksi Pengendalian Dampak Lingkungan dan Kebersihan Sudin Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu Ari Wibowo saat kepada detikcom, Sabtu (17/3/2018) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Temuan dari UPK Badan Air tadi itu kalau pakai alat berat itu kan ada ombak, takutnya kalau nggak imbang (alat berat) terguling jadi enaknya pakai manusia dulu," ucapnya.
Ari mengatakan pihaknya sudah melakukan pemetaan lokasi yang kemungkinan bisa memakai alat berat dalam proses pengerukan sampah. Lanjut Ari, sehingga pada proses pengangkutan berikutnya bisa menggunakan alat berat.
"Kita belum pernah pakai alat berat di (UPK) Badan Air mudah-mudah bisa pakai. Rencananya Badan Air tadi memetakan dulu mau masuk lewat mana, kalau depan takut kena ombak. Mungkin nanti nggak lewat depan, lewat yang sebelah (hutan) manggrove karena ombak bisa terpecah di situ," jelas dia.
Selain itu, Menurut Ari kendala lain adalah permukaan sampah yang lunak. Kondisi itu membuat petugas yang melakukan pengerukan harus berhati-hati agar tak terperosok ke dalam.
"Takutnya kalau pas diangkut jeblos makanya nggak terlalu banyak ngambil sampah yang terlalu dalam takut jeblos. Kita ngambil hanya di atas kalau kira-kira sudah lebih dari setengah meter kena lumpur, nah itu yang diminta komunitas itu untuk lebih bagus untuk mangrove soalnya mereka minta kalau tidak semuanya biar bisa untuk mangrove," kata dia.
Pengangkatan tumpukan sampah di Teluk Jakarta akan dilakukan kembali pagi ini. Sebelumnya kurang lebih 150 personel dan empat kapal fiber dikerahkan untuk mengangkat sampah tersebut.
(ibh/rjo)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini