Dorongan Jokowi Calon Tunggal Pasung Demokrasi

Dorongan Jokowi Calon Tunggal Pasung Demokrasi

Tsarina Maharani - detikNews
Jumat, 16 Mar 2018 14:37 WIB
Jokowi dan Zulkifli Hasan. (Foto: Rachman Haryanto/detikcom).
Jakarta - Dorongan membentuk Koalisi Nasional didengungkan oleh Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. Arah koalisi ini seolah menginginkan Presiden Joko Widodo maju sebagai calon tunggal di Pilpres 2019. Ini solusi atau arogansi?

Jika benar tujuan Zulkifli demi panggung tunggal bagi Jokowi di pilpres mendatang, hal ini dinilai dapat mencederai nilai-nilai demokrasi.

"Kalau itu yang dilakukan Zulkifli, saya khawatir dia akan dicap sebagai pemasung demokrasi," kata Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun kepada wartawan, Jumat (16/3/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena membentuk satu koalisi untuk memastikan calon tunggal, apalagi petahana kan seperti ada pembajakan dari elite politik. Ini bisa terjadi kontradiksi antara elite dan keinginan rakyat," sambungnya.


Menurut Rico, akan sangat berbahaya bagi Jokowi maju sebagai calon tunggal di perhelatan Pilpres 2019. Sebab, sebagian masyarakat juga ada yang menginginkan calon pemimpin baru.

Jika aspirasi masyarakat ini tidak terakomodir, Rico khawatir akan terjadi konflik horizontal di masyarakat. Selain itu, risiko pasca-pilpres pun akan sangat mengerikan bagi Jokowi.

"Sekarang ini ada dorongan yang cukup besar dari masyarakat untuk ada pemimpin baru. Kalau itu tidak dikalahkan melalui mekanisme demokrasi, tetapi lewat mobilisasi elite, nanti masyarakat ngamuk. Bisa terjadi konflik horizontal," jelas Rico.

Selain mengarah ke pembentukan poros tunggal di Pilpres 2019, gagasan Zulkifli soal koalisi nasional itu dinilai Rico sebagai upaya Ketua MPR itu menaikkan nilai tawar politiknya. Sebab, hingga kini PAN belum secara resmi mendeklarasikan dukungan di Pilpres 2019.


Sementara koalisi nasional dinilai sebagai langkahnya mengambil hati koalisi Jokowi, Zulkifli disebut sekaligus berusaha 'menjual diri' ke partai oposisi. Jika pun tak diambil menjadi cawapres Jokowi, setidaknya ia memiliki nilai tawar bagi oposisi, bahkan menjadi lawan tangguh bagi Jokowi.

"Dalam posisi ini, Pak Zulhas tentu berusaha kuat untuk menunjukkan dia yang terbaik. Kalau ternyata itu tidak tercapai nggak jadi cawapres Jokowi, dia tetap punya nilai tawar politik. Dia bisa jadi kompetitor yang tangguh buat Jokowi. Atau bisa juga dilirik oposisi," urai Rico.

Wacana koalisi nasional ini terus dibicarakan oleh Zulkifli sejak beberapa hari lalu. Salah satunya, saat ia bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Selain soal Pilpres, ia membahas koalisi nasional dengan JK.

"Kami ingin tahun politik ini bicara Indonesia, bicara koalisi nasional, kepentingan, bicara rakyat sejahtera, bicara agar umat negara maju. Kami tukar pikiran, sampaikan pikiran-pikiran juga Pemilu, Pilpres, dan Pileg yang berkualitas," kata Zulkifli kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (14/3).

Dia mengajak partai-partai besar untuk bergabung ke Koalisi Nasional. Zulkifli mengajak para king maker untuk bersatu mulai dari Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ketum Gerindra Prabowo Subianto hingga Ketum NasDem Surya Paloh. (tsa/elz)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads