Koalisi Nasional Dorong Jokowi Capres Tunggal?

Koalisi Nasional Dorong Jokowi Capres Tunggal?

Elza Astari Retaduari - detikNews
Jumat, 16 Mar 2018 05:45 WIB
Presiden Jokowi yang akan kembali nyapres di tahun 2019. Foto: Andhika Prasetia
Jakarta - Pesimistis terbentuknya poros ketiga, Ketum PAN menggagas Koalisi Nasional yang mengajak partai-partai besar berkumpul. Apakah PAN mendorong lahirnya capres tunggal dengan mendukung penguasa saat ini, petahana Presiden Joko Widodo?

Koalisi Nasional sempat disampaikan Zulkifli kepada Wapres Jusuf Kalla (JK) dalam pertemuan, Rabu (14/3). Pertemuan dengan JK dalam rangka safari politik Zulkifli jelang Pilpres 2019.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami ingin tahun politik ini bicara Indonesia, bicara koalisi nasional, kepentingan, bicara rakyat sejahtera, bicara agar umat negara maju. Kami tukar pikiran, sampaikan pikiran-pikiran juga Pemilu, Pilpres, dan Pileg yang berkualitas," kata Zulkifli soal pertemuannya dengan JK.

Koalisi Nasional ini bertujuan untuk membuat partai-partai bersatu. Menurut Zulkifli, Koalisi Nasional akan membuat berkurangnya ketegangan politik antara blok pemerintah dan antipemerintah.

"Jadi, kita jangan sampai terjebak ketegangan emosi antara blok-blok, pemerintah atau antipemerintah," ucapnya.

"Saya bukan berencana membentuk poros ketiga, tapi koalisi nasional. Koalisi yang mengutamakan demokrasi yang rasional, bikin rakyat sejahtera, umat bahagia, negara damai sentosa," imbuh Zulkifli.

Dia menerangkan, poros nasional sangat mungkin terbentuk di antara parpol. Zulkifli lalu mengajak ketum-ketum partai, termasuk para king maker, untuk bergabung di Koalisi Nasional ini. Seperti koalisi di antara PAN dengan PDIP, Nasdem, Demokrat maupun Gerindra.

"Jadi saya sebut poros nasional. Ya misal ya ada PDI Perjuangan ada Mbak Mega (Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri), ada Surya Paloh Nasdem, Demokrat Pak SBY, Gerindra Pak Prabowo," paparnya.

Wacana Zulkifli tersebut cukup membuat tanda tanya. Mengingat dia mengajak tokoh-tokoh yang memiliki garis politik berbeda untuk bersatu.

"Jadi adu konsep, adu gagasan, jangan tarung kebencian, tarung saling menghujat, palagi bermusuhan. Ini kan tarung antara anak negeri saja," sebut Zulkifli.

Sungguh sulit membayangkan bila Prabowo dan Megawati mau bersatu. PDIP sendiri sudah memastikan mengusung kembali Jokowi di Pilpres 2019, lawan yang sama bagi Prabowo seperti 2014.

Belum diketahui apakah niat Koalisi Nasional ini merupakan bentuk dari keinginan memunculkan calon tunggal di pilpres. Sebab dengan mengumpulkan partai besar, PAN tampak ingin menggabungkan seluruh kekuatan besar.

Di sisi lain, Gerindra bersama PKS sejak jauh-jauh hari telah menyatakan menolak adanya calon tunggal di Pilpres 2019. Kedua partai ini sebenarnya mengajak PAN untuk ikut berkoalisi mengusung Prabowo.

"Kami sebenarnya sudah mendeteksi, mengendus, sejak awal sejak pembentukan UU Pemilu itu dari partai pendukung pemerintah, bahkan draf dari pemerintah itu dimungkinkan untuk adanya calon tunggal. Itu kami tentang, seharusnya tidak boleh ada calon tunggal," kata Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria.

"Pada akhirnya dimungkinkan adanya calon tunggal, pasalnya ada jadi melawan kotak kosong. Itu yang kami deteksi dan Fraksi Gerindra keberatan," sambungnya.

Sekjen PAN Eddy Soeparno menjelaskan soal maksud dari wacana Koalisi Nasional. Dia mengatakan oalisi nasional merupakan parpol yang bergabung untuk sepakat mengusung tokoh terbaik berdasarkan kepentingan bangsa, bukan golongan.

"Kan sekarang orang banyak membicarakan poros ketiga dan apa ya, kita lihat apapun yang sedang dilakukan ikhtiar politik oleh parpol dalam konteks kita membangun koalisi nasional, sebanyak-banyaknya parpol dan tokoh berikhtiar untuk memajukan putra terbaik atau tokoh terbaik. Jadi yang didahulukan kepentingan nasional dan bukan kepentingan partai," papar Eddy.

Ia mengatakan nantinya partai-partai akan bergabung membentuk koalisi yang mengutamakan kepentingan nasional. Saat ini PAN masih membuka komunikasi politik dengan parpol lainnya, dia siap berkoalisi dengan siapapun. Zulkifli sendiri telah menyatakan siap untuk meneruskan roadshow menemui tokoh-tokoh nasional untuk menawarkan Koalisi Nasional tersebut.

"Semua kalau itu kepentingan bangsa, kepentingan umat, kepentingan rakyat kecil ya itu kita harus siap berkaolisi dengan siapa aja," katanya.

Eddy menjelaskan PAN akan mendeklarasikan apakah kembali mendukung kubu Jokowi atau tidak. Keputusan itu baru akan digelar setelah Rakernas PAN pada April.

"Baru bisa dijawab setelah rakernas karena putusan itu (kembali mendukung Jokowi atau tidak di pilpres 2019 akan kita ambil pasca rakernas, nanti bulan April, " ucap dia.

Lantas apa maksud dari PAN dengan keingiannnya membentuk Koalisi Nasional ini? (elz/bag)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads