"Kita bisa lihat April ini curah hujan semakin rendah, dalam satu bulan bisa mencapai 55 milimeter terlihat mulai di daerah Nusa Tenggara Timur. Sementara April ini di wilayah lain masih ada yang mengalami hujan mencapai sampai 150 milimeter per-bulan," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat konfrensi pers di Gedung C BMKG, Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (15/3/2018).
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BMKG memperkirakan curah hujan dengan intensitas 400 milimeter hingga 500 milimeter mulai terjadi di beberapa daerah pada bulan September. Namun pada bulan September tidak semua wilayah sudah mengalami curah hujan yang normal.
Sementara itu kemarau akan tetap bertahan hingga Oktober 2018 di wilayah selatan Indonesia khususnya di Pulau Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Papua.
"Oktober ini sudah mencapai curah hujan, sudah mulai, tetapi nampaknya di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara ini kemaraunya masih bertahan sampai di wilayah Indonesia bagian selatan terutama Jawa, Sulawesi, dan Papua bagian selatan," tutur Dwi.
Dwi juga menyebut kemarau di wilayah Ibu Kota akan mulai terjadi antara bulan Juli dan Agustus. "Kemudian Jakarta puncaknya di bulan September. Agustus itu Jakarta sudah mulai harus waspada dan Juli sudah mulai berwarna coklat tua (dilihat di peta). Khusus Jakarta mulai Juli sudah masuk musim kering dan puncaknya Agustus hingga September," ucap dia.
![]() |
"Akhirnya Desember kita lihat curah hujan semakin tinggi yang mencapai 500 milimeter semakin meluas di Kalimantan, Papua 300 milimeter hampir di seluruh Indonesia," jelas Dwi.
Baca juga: Analisis BMKG soal Gempa 5,9 SR di Maluku |
Sementara itu Deputi Klimatologi BMKG Herizal menambahkan, tidak ada potensi terjadinya El-Nino pada musim kemarau tahun 2018 ini. Ia menegaskan kemarau ini dapat dikatakan dalam tingkat aman.
"Musim kemarau ini masih dikatakan kondusif dan masih bisa dilakukan pertanian, untuk tahun ini pengaruh eksternal banyak di pengaruhi la nina lemah. Jadi tidak ada El-Nino," tambah Herizal.
BMKG meminta masyarakat mengantisipasi musim kemarau yang berpotensi berakhir pada bulan September tahun 2018. (nvl/nvl)