Lokasi konflik manusia dengan harimau ini berada di Dusun Sinar Danau, Desa Tanjung Simpang Kanan, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau. Menuju lokasi konflik ini membutuhkan waktu yang lumayan panjang.
Wilayah itu tidak bisa diakses langsung lewat jalur darat dengan kendaraan. Lokasi ini juga harus ditempuh menggunakan kapal kecil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Korban kedua, Yusri Effendi (30), juga tewas diserang harimau. Kasus ini terjadi pada Sabtu (10/3/2018) malam hari. Yusri adalah buruh bangunan yang tengah mengerjakan bangunan untuk sarang burung walet. Yusri berasal dari kabupaten tetangga, yakni Kabupaten Pelalawan.
Dua kasus konflik dengan korban Jumiati dan Yusri ini masih terjadi di dusun yang sama. Yang membedakan, Jumiati diserang Bonita di kawasan perkebunan sawit, sedangkan Yusri di area perkampungan.
"Wilayahnya masih satu dusun. Yang satu diserang di tengah perkebunan sawit, yang satu di perkampungan," kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Suharyono dalam perbincangan dengan detikcom, Senin (12/3/2018).
Suharyono menjelaskan jarak lokasi Jumiati diserang dengan lokasi penyerangan Yusri sekitar 20 km.
"Konfliknya masih berada di satu dusun yang sama," kata Suharyono.
Sudah dua bulan lamanya tim BBKSDA Riau dibantu polisi dan masyarakat berusaha mengevakuasi Bonita. Bukan waktu yang sebentar, tim harus keluar-masuk perkampungan, perkebunan, dan kawasan semak belukar. Dua bulan juga waktu yang panjang dan melelahkan buat tim yang ada di sana.
Tim berusaha agar Bonita bisa diselamatkan dalam kondisi hidup. Hingga kini, setelah pascakonflik kedua, satwa puncak predator itu belum bisa dievakuasi. Bonita masih berkeliaran bebas. (cha/asp)