"Hasil barang bekas ini dijual ke botot, sehari bisa dapat Rp 80 ribu atau Rp 90 ribu," katanya saat ditemui detikcom di TPA Medan, Senin (12/3/2018).
Rumah Iwan dengan TPA berjarak sekitar 200 meter. Sejak pagi, dia sudah berangkat ke TPA sampah untuk mencari barang bekas. Berjalan kaki jadi pilihannya karena dia tak memiliki kendaraan. Terkadang, dia menumpangi truk sampah untuk sampai ke lokasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menjadi pemulung adalah pilihan Iwan sejak 3 tahun yang lalu. Hal ini menyusul setelah dirinya diberhentikan di tempat pekerjaannya di pabrik sawit.
"Sebelumnya saya di pabrik sawit kerja, bagian blower. Lalu ada pengurangan anggota, termasuk saya yang kena," ujarnya.
Isteri Iwan yang sehari-harinya ibu rumah tangga itu hanya bisa pasrah mendegar kabar tersebut. Dia tetap bersabar dan membantu mengurusi barang bekas yang dicari suaminya. Iwan tak ingin anaknya, Sanjaya Permana (8) yang kini duduk di bangku sekolah dasar kelas II mengikuti jejak ayahnyamenjadi seorang pemulung.
"Mau nggak mau ya jadi pemulung, laki-laki kan tulang punggung keluarga. Anak tetap harus sekolah, kalau bisa jangan seperti bapaknya pemulung. Pokoknya harus sekolah, sukses," katanya. (asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini