"Kegiatan orientasi dan observasi terhadap aktivitas harimau yang ada di sana, yang pertama selain melakukan pengamatan terhadap perilaku harimau yang cenderung sudah berubah, juga memberikan kenyamanan, ketenangan bagi masyarakat setempat," kata Kepala BBKSDA Riau, Suharyono dalam perbincangan dengan detikcom, Jumat (9/3/2018).
Dalam tim obervasi terhadap Bonita yang sudah dua bulan belum berhasil 'diamankan' ini, pihak BBKSDA Riau juga dibantu TNI/Polri setempat. Tim gabungan ini yang sudah 65 hari mencari Bonita untuk juga bertugas meredam emosi warga setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kehadiran tim yang ada di sana, diharapkan bisa memberikan ketenangan bagi masyarakat.
"Agar jangan sampai mucul emosi massa, jangan muncul sikap dendam terhadap harimau Sumatera," kata Mulyono.
Tim BBKSDA Riau, saat ini sudah mengirim tim medis. Tim medis ini terdiri dari empat orang dokter hewan untuk bergabung dengan tim yang sudah ada sebelumnya.
Sebagaimana diketahui, Bonita awal tahun ini menerkam Jumiati pekerja perkebunan sawit di PT Tabung Haji Indo Plantations. Sejak memangsa Jumiati hingga tewas, Bonita masih berkeliaran di sekitaran rumah penduduk dan perkebunan sawit.
Perilaku Bonita kini sudah melenceng dari satwa liar sebelumnya. Bonita tak merasa risih lagi berdekatan dengan manusia. Padahal, biasanya tipikal harimau liar cenderung menghindari manusia. Tapi tim juga tak ingin sembarangan dalam mengevakuasi Bonita.
Berbagai cara untuk 'menangkap' Bonita sudah dilakukan. Adanya box trap dengan umpan kambing jantan ternyata dicueki Bonita. Satwa buas itu tak tertarik memangsa umpan yang ada dalam jebakan itu. Kini, Bonita masih berkeliaran bebas. (cha/asp)