Saudagar itu adalah Teuku Markam. Dia asli putra kelahiran Desa Alue Caplie, Kecamatan Seunudon, Aceh Utara, Aceh yang lahir pada tahun 1925.
Kampung kelahirannya itu berada sekitar 30 km dari pusat Ibu Kota Kabupaten yaitu Lhoksukon. Di desa itulah, dia lahir, mengalami masa kecil dan dewasa, jatuh bangun usaha hingga menyumbangkan emas miliknya untuk diletakkan di puncak Monas pada masa Presiden Soekarno.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di kampungnya itu, kini hanya tersisa rumah yang dibuat Markam. Rumah tersebut kini ditempati oleh anak dan cucu dari saudara orang tuanya Markam.
"Sudah tidak ada lagi yang memang paham sejarah Markam. Hanya tinggal generasi baru. Namun, ada satu orang tapi sekarang sudah tua dan ingatannya sudah mulai lemah tentang sejarah Markam. Hanya saja, menurut cerita sesepuh di kampung pada tahun 1974 silam, Markam pulang ke kampungnya di Alue Caplie, Seunudon. Dia membangun tiga unit rumah panggung. Waktu, peusijuek (tepung tawari) rumah itu, dia memotong sapi agar di makan oleh masyarakat," tambah Kamaruddin.
Tiga rumah itulah yang masih ada dan bisa terlihat sekarang, sementara lainnya tidak ada. Tiga rumah tersebut terletak di Desa Alue Caplie.
![]() |
Dulunya, Markam mempunyai perusahaan di Aceh yakni PT Karkam, di mana masyarakat menyebut PT Markam. Kemudian dia ke Jakarta dekat dengan Presiden Soekarno dan menjadi saudagar kaya hingga menyumbangkan emas untuk dibangunnya Monas.
Cerita lainnya, Markam pernah mengikuti wajib militer dan bergabung dengan Tentara Rakyat Indonesia (TRI). Dia pernah bertugas di Sumatera Utara dan pernah menjabat sebagai ajudan Jenderal Gatot Soebroto hingga kenal Presiden Soekarno.
Markam sempat dipenjara pada masa Orde Baru tahun 1966 dengan berbagai tuduhan dan baru bebas tahun 1974. Pada tahun 1985, Markam meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya di Jakarta. (asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini