"Karena 8,7 SR itu megathrust yang kemarin dibicarakan, kuncinya adalah kesiapan dan kewaspadaan kita dari segi reaksi dalam 72 jam pertama pascagempa. Kita harus punya standard operating procedure (SOP), kesiapan, dan kewaspadaan yang bisa seragam," kata Sandi di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (1/3/2018).
Sandi menuturkan Pemprov DKI bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk merancang program mengenai pelatihan evakuasi gempa atau earthquake drill. Program tersebut diharapkan tertuang dalam sebuah perjanjian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan ini diperlukan drill-drill tersebut. Nah, kami dengan BMKG lagi menyusun, mudah-mudahan bisa dituangkan dalam MoU yang kami ingin eksekusi dalam beberapa bulan ke depan," terang Sandi.
Sebelumnya, BMKG meminta Pemprov DKI mempersiapkan mitigasi bencana untuk menghadapi gempa besar. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meyakinkan gempa berkekuatan 6-8,7 SR sangat mungkin terjadi di Ibu Kota.
"Pertemuan ini adalah untuk kita bisa mengambil sikap dalam ketidakpastian (gempa bumi 8,7 SR), tapi kita harus pasti dalam bersikap," ujar Dwi dalam diskusi di ruang auditorium kantor pusat BMKG, Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (28/2). (zak/dkp)











































