Awalnya, Kamaruddin Daeng Pawata, mengaku menerima wangsit melalui mimpi dari tiga raja besar di Sulsel untuk memelihara tiga ekor kelelawar. Ketiga Raja ini berpesan, jika kelelawar ini ada, maka masyarakat di kampung itu akan sejahtera dan akan ramai dikunjungi oleh orang luar.
"40 Tahun lalu, saya bermimpi bertemu dengan tiga raja, ada dari Bone, Gowa dan Simbang. Saya disuruh pelihara tiga ekor kelelawar untuk menjaga kampung ini," kata Kamaruddin saat ditemui detikcom, Kamis (1/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mimpi Kamaruddin ini ternyata terbukti. Kelelawar yang awalnya ia pelihara itu, membuat kampungnya dikenal luas. Bahkan, beberapa peneliti dari Jepang dan Amerika Serikat pernah datang untuk meneliti kelelawar yang hanya bisa dijumpai di Amerika Latin.
Tak hanya itu, produksi pertanian warga sekitar, juga semakin meningkat. Keberadaan kelelawar ini, membuat hama padi seperti wereng dan burung pemakan gabah takut mendekat. Makanya, warga sekitar sangat menjaga kelestarian kelelawar itu.
"Alhamdulillah sekarang terwujud. Kampung ini didatangi oleh orang dari negara luar karena adanya itu kelelawar. Sawah-sawah kami juga Alhamdulillah jauh dari hama," lanjutnya.
Selain itu, ada mitos lain yang dipercaya oleh masyarakat sehingga mereka tidak berani menangkap apalagi membunuh kelelawar di sana. Mereka percaya, mengusik mereka akan mendatangkan malapetaka.
![]() |
"Pernah ada orang luar yang tembak itu kelelawar untuk obat asma. Tapi tidak lama, orang itu didengar akhirnya meninggal karena muntah darah. Entah itu kebetulan saja, tapi kami yakin kalau diganggu akan bahaya," ungkap salah seorang warga Nuraeni.
Mitos lain, warga percaya, jika ada orang luar yang terkena kotoran kelelawar akan mendapatkan jodoh orang di kampung itu.
"Yah salah satunya itu. Kalau kena kotorannya nanti dapat jodoh orang sini," kelakarnya. (asp/asp)