Selain akses yang sulit, sekolah ini belum memiliki fasilitas ruang kelas memadai. Karena hanya ada empat ruang kelas, beberapa murid dari kelas berbeda terpaksa digabung dalam satu ruangan yang hanya disekat tripleks.
Semangat mereka semakin membara kala mahasiswa datang ikut berbagi ilmu. Para mahasiswa itu menempuh jarak 60 km hanya untuk menjadi relawan pengajar di sekolah pelosok. Mereka menamakan diri gerakan Sekolah Kolong Langit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak tahun 2014, komunitas ini sudah memiliki 300-an relawan pengajar dari berbagai latar belakang kampus dan jurusan.
"Sebenarnya sih bukan komunitas, kami namakan gerakan sekolah kaki langit. Tahun ini kita pilih di lokasi ini," kata koordinator lapangan Sekolah Kolong Langit angkatan 25, Anda Saga saat ditemui detikcom, Rabu (28/2/2018).
Komunitas ini hanya fokus pada pelajaran tambahan yang tidak diajarkan oleh guru. Mereka juga tidak hanya mengajar saat sekolah saja, tapi mereka juga mendampingi siswa belajar di rumah mereka masing-masing.
Di sekolah ini, ada puluhan siswa yang harus berjalan kaki hingga lima kilometer untuk sampai ke sekolahnya. Jalurnya pun terbilang tidak mudah, karena harus menyeberangi sungai dan melewati hutan.
Bukan hanya pada murid, relawan ini juga berinteraksi dengan masyarakat setempat. Tak lain, mereka ingin agar para orang tua bisa berfikir agar anak-anak mereka tetap bersekolah meski dalam kondisi penuh keterbatasan.
"Yah buat apa juga kita mengajar, kalau orang tua mereka malah kurang peduli. Makanya, gerakan ini juga kita lakukan penyadaran ke para orang tua untuk mengutamakan pendidikan ke anaknya," ujarnya.
Mereka memilih sekolah ini karena aksesnya yang sulit dan jumlah tenaga pengajarnya yang masih sedikit. Setiap kali ke lokasi, mereka menetap hingga lima hari dalam satu minggu.
"Tahun ini merupakan lokasi pertama. Ada sekitar 40 orang relawan yang terlibat di dalamnya. Saat ini kami belum menentukan program pendampingannya karena kami masih tahap awal. Setiap lokasi, programnya disesuaikan dengan kebutuhan siswa," terangnya.
Di angkatan sebelumnya, mereka mendapingi sekolah pelosok yang ada di Kabupaten Barru dan Soppeng, Sulawesi Selatan. Selama satu tahun, mereka melakukan pendampingan agar anak-anak dapat mengenyam pendidikan lebih layak. (asp/asp)