Pohon Cinta itu kini menjadi salah satu tujuan wisatawan yang datang ke Pulau Kemaro saat perayaan Cap Go Meh. Kisah tersebut pun datang dari pasangan Siti Fatimah dan Tan Bun An.
Tan Bun An, merupakan anak saudagar Tionghoa dari Tiongkok yang jatuh cinta pada Siti Fatimah, putri raja pada masa kerjaan Sriwijaya. Saat itu, Tan Bun An mengajak Siti Fatimah pergi ke Tiongkok untuk mengunjungi orang tuanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kecewa atas pemberian orang tuanya, pria asal Tiongkok itu pun membuang seluruh guci ke Sungai Musi. Namun saat guci terakhir dibuang dan pecah, ternyata isi di dalamnya adalah emas perhiasan.
Tanpa berfikir panjang, Tan Bun An langsung terjun ke sungai Musi untuk mengambil guci tersebut. Akibat arus air yang deras dan dalamnya air sungai Musi, Tan Bun An tak kunjung muncul ke permukaan, begitu pula dengan seorang pengawal yang saat itu mendampingi mereka.
![]() |
Melihat Tan Bun An dan pengawalnya tak lagi muncul, Siti Fatimah pun ikut terjun ke sungai Musi untuk ikut menyelamatkan dan terakhir ketiganya hilang secara bersamaan.
Pulau Kemaro yang memiliki sebuah pagoda itu kini menjadi salah satu lokasi sakral dan pusat perayaan Cap Go Meh di Bumi Sriwijaya. Bahakan pada hari-hari biasa menjadi salah satu destinasi wisata religi.
Dari cerita rakyat inilah kisah cinta Tan Bun An dan Siti Fatimah melegenda. Termasuk munculnya sebuah pohon beringin yang tumbuh berbeda dari pohon di sekitarnya, diyakini sebagai bukti cinta mereka.
Sampai saat ini Pohon Cinta menjadi salah satu tujuan utama wisatawan yang datang ke Pulau Kemaro. Hal ini diyakini karena legenda pohon beringin yang disebut-sebut sebagai bukti kekalnya cinta Siti Farimah dan Tan Bun An.
"Pohon Cinta memang merupakan salah satu tujuan wisatawan yang datang ke Pulau Kemaro. Apalagi saat perayaan Cap Go Meh, banyak yang sengaja mengukir nama mereka dan percaya akan cerita Fatimah dan Tan Bun An," kata Humas Pulau Kemaro, Cek Harun saat berbincang dengan detikcom, Senin (26/2/2018).
Terkait benar atau tidaknya cerita soal cinta yang kekal dan abadi jika sudah menuliskan nama di Pohon Cinta, Harun turut membenarkan. Hanya saja, hal itu tergantung dengan kepercayaan masing-masing.
Namun demikian, memang ada beberapa wisatawan yang datang dan menemui Harun, serta menyampaikan kebenaran hal itu. Wisatawan mengaku pernah menuliskan nama mereka di Pohon Cinta saat masih berpacaran.
"Benar atau tidaknya, semua tergantung kepercayaan masing-masing ya. Soalnya banyak juga wisatawan yang datang dan bilang sama saya kalau kisah cinta mereka kekal karena telah menulis nama di Pohon Cinta saat masih pacaran," sambung Harun.
Bahkan karena banyaknya wisatawan yang datang untuk menuliskan nama mereka dan membuat batang beringin rusak. Kini pengelola harus membuat pagar di sekeliling pohon. Sementara makan Siti Fatimah berada di Klenteng Hok Cheng Bio di Pulau Kemaro. (asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini