Awalnya dia mengaku curiga saat melintasi pos polisi di Thamrin dan akhirnya memutuskan mengecek pos itu. Kemudian ia melihat tas ransel warna hitam berada di ujung.
Menurutnya biasanya anggota polisi meletakan ransel di sebelah kanan pintu. Selain itu ia juga mencurigai adanya kue dan air mineral yang ada di meja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada pula kotak seperti pemicu, di bagian kanan dan kirinya berbentuk seperti telinga. Seketika itu juga, Denny yang hobi menonton film action berpikir kotak tersebut adalah pemantik sementara tas tersebut merupakan bom. Tak lama kemudian muncul ledakan di Starbucks di Thamrin.
Dengan sigap ia menghubungi anggotanya menggunakan handy talkie (HT), tetapi ia tersetrum. Lalu tak lama kemudian sekitar 30 detik ada bunyi dari dalam tas dan meledak.
"Saya lalu lapor komandan saya pas pegang HT itu saya kesetrum yang mulia. Saya hanya bersandar di pintu. Saya ke setrum di kelingking itu, begitu kesetrum lalu bunyi di dalam boom tek tek duar. Bunyi seperti tawon, lalu meledak kena saya, saya hancur di paha, lalu betis, kepala saya berdarah, kuping berdarah, tangan kena juga yang mulia," ucap Denny, di PN Jaksel, Jl Ampera Raya, Jakarta Selatan, Jumat (23/2/2018).
Ketika itu dia masih berdiri, tetapi merasakan darah mengalir dari kakinya dan anggota tubuhnya. Secara perlahan dia duduk dan mencabuti paku di kakinya sambil menunggu bantuan.
"Setelah meledak saya masih berdiri karena kan pengaruh setrum tadi cuma saya rasakan itu di kaki keluar darah, mata saya merah dan kepala berdarah. Saya pelan-pelan duduk, saya cabut paku. Saya hanya berdoa ya Allah tolong saya, saya tidak teriak. Saya hanya merasa sakit saya masih sadar," ungkapnya.
Sementara itu di sekitar kejadian dia melihat ada beberapa orang terluka. Tak lama kemudian dia dievakuasi ke RSCM.
Ia menyebut setelah kejadian itu sempat bertanya kepada ahli elektronika terkait penyebab tersetrum saat memegang HT. Menurut Denny, ahli tersebut mengatakan pancaran gelombang karena HT itu membuat bom tersebut aktif.
(yld/rvk)