Daudy melakukan penelitian pembuatan minyak wangi tersebut sejak Juli 2014 hingga April 2015. Usai riset dilakukan, baru "Minyeuk Pret" resmi diperkenalkan ke publik pada 1 April 2015 lalu. Ada tiga varian aroma yang ditawarkan Daudy, yaitu Coffee, Seulanga dan Meulu.
"Ketika itu, kita timbul ide kenapa tidak memproduksi parfum dari minyak nilam. Di Aceh minyak nilam sudah lama diekspor ke luar negeri. Berawal dari ide sederhana inilah akhirnya kita bergerak," kata Daudy, Jumat (23/2/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daudy selanjutnya memulai percobaan setelah mendapat ilmu secara otodidak. Pada percobaan pertama, dia berhasil meracik parfum dengan 11 varian aroma. Dia kemudian meminta tiga rekannya untuk mencoba.
Selain itu, mereka juga melakukan survei ke pasar-pasar dan mendatangi lokasi-lokasi keramaian. Setelah survei digelar, ternyata ada tiga aroma yang menjadi pilihan masyarakat yaitu Coffee, Seulanga, dan Meulu.
"Jadi saya belajar dan semuanya saya lakukan secara otodidak," jelas Daudy.
Untuk menjalankan bisnisnya, Daudy menyulap sebuah tempat di jalan Wedana, No.104, Lam Ara, Keutapang Dua, Kecamatan Banda Raya, Kota Banda Aceh, sebagai lokasi peracikan. Ia melabeli parfum buatannya dengan nama "Minyeuk Pret". Nama ini dipilih karena masyarakat Tanah Rencong pada masa lalu menyebut parfum dengan sebutan Minyeuk Pret (minyak yang disemprot).
Menurutnya, dalam parfum racikannya juga menggunakan etanol. Berdasarkan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), kata Daudy, penggunaan ethanol halal untuk dipakai karena bukan terbuat dari fregmentasi bangkai binatang.
Untuk saat ini, "Minyeuk Pret" sudah dijual diseluruh Indonesia dengan harga berkisar Rp 110 ribu hingga Rp 330 ribu. Daudy berkisah, permintaan aroma parfumnya setiap daerah berbeda-beda. Ia mencontohkan, untuk wilayah Aceh paling diminati aroma Seulanga sama Kopi. Sementara masyarakat Pulau Jawa menyukai aroma Meulu.
"Analisisis kami untuk aroma parfum ini tergatung cuaca dan kondisi tempat tinggal masyarakat," jelas alumni Jurusan Ekonomi Manajemen Universitas Syiah Kuala Banda Aceh tersebut.
"Dari dulu saya ingin membuka usaha ini karena saya sangat yakin bakalan sukses. Saya meyakini usaha parfum ini tidak akan pernah mati," ungkap Daudy. (asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini