Cerita AKBP Gembong Lewatkan Ultah Istri karena Ungkap Sabu 1,6 Ton

Cerita AKBP Gembong Lewatkan Ultah Istri karena Ungkap Sabu 1,6 Ton

Audrey Santoso - detikNews
Kamis, 22 Feb 2018 16:17 WIB
Foto: Petugas gabungan Bareskrim, Polda Metro Jaya, dan Bea Cukai mengungkap penyelundupan sabu 1,8 ton di wilayah Kepulauan Riau (Kepri). (dok. Istimewa)
Jakarta - Petugas gabungan menggagalkan upaya penyelundupan sabu 1,6 ton di perairan Kepulauan Riau. Pengungkapan membutuhkan waktu yang tidak sebentar hingga melewatkan momen spesial dengan keluarga.

"Istri ulang tahun, saya nggak ada di samping dia. Istri saya ulang tahun tanggal 21 (Februari). Tanggal 20 harusnya persiapan kasih perayaan atau hadiah ulang tahun dia, tapi tanggal 20 itu kita tangkap dan pemeriksaan ini-itu, sampai sekarang belum pulang. Akhirnya ucapin by phone saja," kata Kepala Tim I Satgas Khusus Polri-Bea Cukai yang menggagalkan penyelundupan 1,6 ton sabu, AKBP Gembong Yudha kepada detikcom, Kamis (22/2/2018).

Untungnya, kata Gembong, sang istri sudah paham dengan serangkaian kegiatan Gembong bila sedang mengejar target operasi (TO). "Istri sudah terbiasa (ditinggal dinas), tapi mungkin sedih kali dia," ujar Gembong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya momen ulang tahun, Gembong juga tak melewati hari kasih sayang atau valentine bersama sang istri. Gembong menjelaskan saat itu dia bersama tim sedang berada di sekitar Anyer dan Tanjung Lesung.

"Saat Valentine juga saya di lapangan sampai Imlek. Masih di darat, mutar-mutar di Anyer, Tanjung Lesung. Menganalisa titik-titik yang diduga akan jadi tempat kapal mendarat," ucap dia.

Cerita lain dari Gembong menggambarkan kehidupan para anggota di atas kapal selama empat hari. Saat patroli siang hari, Gembong mengatakan matahari terik dan angin berhembus kencang.

"Patroli siang-malam. Jadi perjalanan berangkat 18, 19 jam. Terus pulang dengan waktu yang kurang lebih hampir bersamaan. Rasanya kok nggak sampai-sampai pelabuhan," kenang Gembong sambil tertawa.


Saat siang, kondisinya jadi semakin banyak lalu lintas kapal di kiri kanan. Dia dan tim terus memantau dalam suasana panas terik, angin kencang, dan ombak tinggi.

Pada malam hari, gelapnya lautan diakui Gembong menjadi kendala. Belum lagi rasa kantuk melanda. Dia mengatakan perairan Anambas sangat sepi, paling banyak tiga kapal berpapasan dengan kapal Bea Cukai yang ditumpangi Gembong dan tim.

"Kita hanya menentukan dari radar, kita cek satu persatu kapalnya dengan lampu sorot jauh. Itu pun ketemunya paling banyak tiga kapal saja, setelah itu gelap lagi," lanjut Gembong.

Sementara masalah jam istirahat, Gembong mengatakan pembagian waktu yang disepakati timnya adalah satu jam tidur dan tiga jam mengamati situasi.

"Tidur paling satu jam, kita bergantian ikut melakukan pengamatan, profiling, mapping di laut itu. Satu jam bangun, kalau sudah 3 atau 4 jam di laut, kita masuk kapal lagi. Kita mengawasi dari ruang kemudi kapten. Begitu kelihatan di radar ada kapal, kita keluar area dek untuk memastikan pakai teropong, kita lihat ada pergerakan apa," terang dia.

Detik-detik Penangkapan

Gembong juga bercerita detik-detik kapal MV Min Lian Yu Yun 61870 pembawa sabu 1,6 ton itu ditangkap. Pada Selasa (20/2) pagi, monitor radar yang ada di ruang kemudi kapal menunjukkan adanya kapal yang melaut tak sesuai jalur. Gembong meminta nakhoda kapal yang merupakan petugas Bea Cukai untuk mengarahkan kapal mereka ke kapal yang keluar jalur itu.

"Nah kapal yang kita curigai ini, pertama mencurigakan karena di atas kapal ada dua bendera. Satu bendera China di dek belakang, lalu di tengah atas pakai bendera Singapura. Kan kita curiga ini sebenarnya kapal negara mana," tutur Gembong.

Gembong lalu meminta tim memperhatikan penampakan keseluruhan kapal, yang secara sekelibat mata seperti kapal nelayan penangkap kepiting. Kecurigaan bertambah karena perlengkapan untuk menangkap kepiting yang diletakkan di bagian luar kapal terlihat seperti baru atau belum pernah dipakai.

"Logikanya kalau dia sudah melaut, sudah mencari kepiting, otomatis alat yang digunakan kan kelihatan sering digunakan. Jaring dan senar warnanya berubah, tapi ini tali-tali untuk lempar umpan masih kering, nggak basah. Nah alat-alat mencari kepiting ini masih baru semua," ujarnya.

Karena kecurigaan itu, Gembong melanjutkan, dirinya mengambil keputusan untuk merapatkan kapal Bea Cukai ke kapal yang dicurigai itu. Kapten kapal itu tidak bisa menunjukkan dokumen perjalanan kapal dan paspornya.

"Dokumen pertama, dokumen tentang kapalnya nggak ada surat izin berlayar. Paspor ABK yang ada cuma fotokopi, padahal ketentuannya harus asli. Nah cuma ada satu yang paspor asli, punya orang tiga lainnya fotokopi. Itu menambah kecurigaan, orang-orang ini pemeriksaan di Imigrasi negara asalnya, lapor pada saat pelabuhan awalnya gimana?" cerita dia.


Gembong memprediksi para ABK kapal merupakan ABK ilegal yang kemungkinan naik ke kapal saat kondisi kapal sudah berlayar

Saat Gembong bersama petugas Bea Cukai hendak menggeledah kapal, salah satu ABK menunjukkan uang Yuan, yang menurut Gembong, jumlahnya ribuan. Gembong menyimpulkan ABK kapal itu mencoba melakukan penyuapan.

"Dia menunjukkan uang untuk diberikan dengan tujuan agar kapalnya dilepas. Kita tambah curiga. Uangnya Yuan, uang China, ada berapa ribu saya tidak hitung karena hanya ditunjukkan saja waktu itu. Kemudian dia pakai isyarat tangan 'call boss', maksudnya telepon bosnya," tuturnya.

Gembong lalu memilih menggeledah kapal di pelabuhan karena kondisi kapal terombang-ambing ombak saat di tengah laut. "Setelah (kapal) disandarkan, diturunkan K-9, anjing pelacak langsung menuju tempat, dikorek-korek. Langsung ketemu tumpukan sabu di palka paling depan, ditutup dengan tali-tali sehingga sepintas nggak kelihatan," ujar dia. (aud/idh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads