Anggotanya terdiri dari Australia, Belgia, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Inggris, Amerika, Austria, Kanada, Selandia Baru, Norwegia, Swiss, Bank Dunia, IMF, Bank Pembangunan Asia (ADB), UNDP, serta OECD. Pertemuan pertama IGGI dilakukan pada 20 Februari 1967 di Amsterdam.
Selama 25 tahun, sokongan utang dari IGGI untuk Indonesia berjalan mulus. Hingga pada 1992, kongsi yang mesra itu putus karena mulai dikatikan dengan isu politik dan HAM. Tragedi Santa Cruz di Timor Timur, November 1991, menjadi pemicu puncaknya.
![]() |
Menurut Kwik Kian Gie dalam memoarnya, Menelusuri Zaman, hal itu tak lepas dari ulah Ketua IGGI, Menteri Kerja Sama Pembangunan Kerajaan Belanda JP Pronk. Alkisah, dia terlibat jamuan makan malam bersama Menko Ekuin Radius Prawiro, Pemimpin Redaksi The Jakarta Post Sabam Siagian, dan Kwik.
Sambil makan, Sabam dengan antusias bercerita tentang operasi militer dan pertempuran antara ABRI dengan separatis Timor Timur yang disebutnya kejam. Tak cuma saling tembak, tapi juga saling digantung dengan kepala di bawah. Pronk yang juga politisi Partai Buruh di Belanda menyimak cerita tersebut dengan takzim.
"Tapi sepulang dari Indonesia, Pronk menyurati pemerintah Indonesia, bahwa semua bantuan dan pinjaman ditangguhkan sampai dirinya diizinkan dan selesai melakukan inspeksi di Timor Timur," tulis Kwik.
Mendapat gertakan seperti itu, Presiden Soeharto luar biasa murka. Dia langsung memerintahkan Radius untuk membubarkan IGGI. Keputusan drastis semacam itu jelas akan membuat kacau keuangan negara. Dia mencoba membujuk Soeharto agar IGGI dipertahankan tapi Belanda dicopot sebagai ketua digantikan Bank Dunia.
Begitu usul itu diterima Soeharto, Radius segera meminta Kwik Kian Gie untuk membantunya berkomunikasi dengan Perdana Menteri Belanda Ruud Lubbers (1982 - 1994) agar bisa menerima keputusan tersebut. Meski Radius lulusan Nederlandse Economische Hogeschool (NEH) di Rotterdam seperti halnya Lubbers dan Kwik, tapi dia mafhum kalau Lubbers dan Kwik telah lebih dahulu bersahabat, sejak 1957.
Dalam pertemuan di Hotel De Lafayette di Paris yang dijembatani oleh Kwik, Lubbers menerima penjelasan Radius Prawiro. Dia juga setuju IGGI diganti dengan Consultative Group of Indonesia (CGI), dengan ketua dari Bank Dunia.
Tak cuma itu. Beberapa waktu kemudian, dari New York, Lubbers mengontak Kwik untuk meminta semacam nasihat apa yang harus dilakukannya saat bertemu Soeharto di markas PBB ke esokan harinya. "Apakah kamu bisa bersikap seperti orang Jawa bila bertemu dengan Pak Harto?," kata Kwik. "Kamu harus sangat pasif, bersahabat, dan merendahkan diri (humble)," tambahnya kemudian. Mendapat nasihat semacam itu Lubbers tertawa keras sambil mengatakan, "Natuurlijk kan ik messpelen (dengan sendirinya saya bisa melakukannya)."
Lubbers yang lahir pada 7 Mei 1939 tercatat sebagai perdana menteri Belanda termuda dan terlama. Dia meninggal dunia empat hari lalu, dan jasadnya baru dimakamkan hari ini di Rotterdam. "Sayang, saya tidak dapat menghadirinya," ujar Kwik kepada detik.com melalui telepon, Selasa (20/2/2018). (jat/jat)