Misteri Kuburan Saudagar Gula Tionghoa di Masjid Agung Banten

Jejak Tionghoa di Banten

Misteri Kuburan Saudagar Gula Tionghoa di Masjid Agung Banten

Bahtiar Rifa'i - detikNews
Jumat, 16 Feb 2018 17:30 WIB
Foto: Bahtiar Rifai/detikcom
Jakarta - Saat wafatnya Syahbandar Kaytsu pada 1674, Sultan Ageng memerintahkan agar ia dikuburkan di Masjid Agung Banten. Kaytsu adalah Tionghoa yang berjasa dalam perdagangan maritim. Ia juga mentor utama Syahbandar Cakradana, juga orang Tionghoa kepercayaan sultan.

Catatan seorang Tionghoa Kaytsu dimakamkan di Masjid Agung ini hanya sedikit ditulis oleh Claude Guillot dalam buku 'Banten Sejarah dan Peradaban Abad X-XVI'. "Tahun 1674 wafatlah Syahbandar Kaytsu. Raja yang sangat menghargai, memerintahkan agar ia dikuburkan di Masjid Agung Banten," tulisnya.

Meskipun Kaytsu seorang muslim, menurut Kurator Museum Situs Keburbakalaan Banten, Obay Sobari, saat dikuburkan kemungkinan selalu ada simbol Tionghoa-nya. Namun, menurutnya, di lingkungan Masjid Agung Banten, ia belum menemukan lokasi syahbandar tersebut dikuburkan.


Ia juga menggambarkan, di zaman kesultanan Banten, ada sebuah pecinan dan banyak kuburan warga Tionghoa. Berdirinya pecinan tersebut menggambarkan kondisi hubungan antara muslim dan Tionghoa pada masa itu. Namun kondisinya sekarang memprihatinkan. Penanda-penanda, seperti nisan, rusak oleh warga yang tidak bertanggung jawab.

"Batu nisan (bertuliskan) China di pecinan umumnya tercecer. Ada dipakai dasar dapur, dibuat gilesan baju. Tapi sebagian kita amankan saat museum dibuka tahun 1985," kata Obay saat berbincang dengan detikcom beberapa waktu lalu.

Masih di kawasan Kesultanan Islam Banten, tiga ratus meter dari lokasi Masjid Kasunyatan, berdiri belasan kuburan Tionghoa yang begitu mencolok. Lokasinya menanjak ke arah bukit kecil melewati kali mati yang dulu digunakan sebagai kanal. Berdiri di tanah yang dimanfaatkan warga sebagai perkebunan.

Masjid Kasunyatan sendiri adalah salah satu yang tertua di Banten. Dibangun di lingkungan para ulama, khususnya guru spiritual Maulana Muhammad pada abad ke-16. Masjid ini dibangun pada masa pimpinan Sultan Maulana Yusuf.

Salah satu jejak kuburan saudagar Tionghoa di Kasunyatan, Banten.Salah satu jejak kuburan saudagar Tionghoa di Kasunyatan, Banten. (Bahtiar Rifai/detikcom)

Pemerhati sejarah Banten Lama, Mufti Ali, mengatakan kuburan para Tionghoa di Kasunyatan diduga dibuat pada masa kesultanan Islam berjaya dalam hal perdagangan. Megahnya makam tersebut menunjukkan status sosial. Diduga, mereka adalah para saudagar gula.

"Luasnya kira-kira satu setengah hektare, kuburannya besar-besar. Itu terkait dengan status mereka sebagai saudagar gula," kata Mufti Ali.

Ia pernah mendampingi Claude Guillot ke lokasi tersebut dan mendapat penjelasan soal ini. Namun Mufti tidak bisa memastikan lokasi Syahbandar Kaytsu dimakamkan karena terbatasnya arsip tentang hal tersebut. (bri/jat)




Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads