"Kepada Polri jangan lakukan yang abuse, jangan sampai disalahgunakan, anggota sok-sokan di jalan bisa nangkep orang kalau nangkep orang nangkep sembarangan, tangkep miras setelah itu mirasnya diambil, lalu orangnya dilepasin mirasnya diminum sendiri. Itu kejadian dulu di beberapa tempat," kata Tito saat membuka Rakernis di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Kamis (15/2/2018).
Di hadapan peserta rakernis yang diikuti seluruh satuan kerja Polri, Tito mencontohkan kasus lain, misalnya saat oknum anggota Polri menggerebek praktek judi. Pelakunya dilepaskan, tetapi uangnya diambil. Ia mengatakan rangkaian kejadian tersebut suatu saat akan menumpuk menjadi fenomena gunung es, yang mengakibatkan kemarahan warga dan berdampak penyerangan terhadap kantor polisi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebut, jika ada kantor polisi yang diserang warga, wilayah tersebut dinilai memiliki citra yang tidak disukai warga sekitar. Untuk itu, dia meminta Polri membangun hubungan baik dengan masyarakat. Ia mengimbau anggotanya memperbaiki cara-cara kekerasan serta bertindak preemtif dan preventif.
"Orang cuma demo kecil-kecilan langsung dihantam pakai rotan, dipukul harusnya bisa di-approach lebih humanis. Jangan mengandalkan kekuatan yang berlebihan. Baru melanggar lalu lintas dikit ditembak ini kejadian di Sumatera Selatan. Nah itu. Untuk itu, budaya yang harus diperangi dan harus kita tekan," sambungnya.
Ia meminta anggotanya meningkatkan kepercayaan publik dengan bertindak profesional serta menjauhi perilaku korupsi.
"Untuk itulah saya berpesan tadi kepada setiap anggota Polri dari pimpinan sampai ke bawah harus satu persepsi untuk merubah kultur, budaya-budaya koruptif, arogansi, kekerasan, lain-lain, ditambah juga dengan meningkatkan hubungan dengan yang lebih baik dengan publik," kata Tito. (yld/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini