Kakak almarhum, Nandi Syafiek, mengungkapkan ia dan keluarga besarnya sangat kehilangan sosok Sandy yang selama ini dikenal pendiam. Terlebih, Sandy yang bekerja di Jakarta jarang pulang ke rumahnya di Bandung.
"Dia itu orangnya pendiam. Selama ini tinggal di Jakarta jadi jarang ke Bandung. Kadang keluarga ingin ketemu, paling hitungan jari (jarang) ke Bandung," ujar Nandi saat ditemui di rumah duka Jalan KU Supadio, Kelurahan Husein Sastranegara, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di mata keluarga sosok pria lulusan Multimedia di salah satu universitas di Singapura itu memang mewarisi hobi ayahnya, yaitu bersepeda. Bahkan sebelum bekerja di dunia media, Sandy sempat akan menjadi atlet sepeda.
"Orang tua, bapak sudah didik (sepeda) sejak dulu. Cuma karena sesuatu hal berhenti di tengah jalan. Padahal dulu sempet mau jadi atlet sepeda," ujarnya.
Ia berharap kasus tabrak lari yang menimpa adik bungsunya itu bisa diusut tuntas oleh pihak kepolisian. "Mudah-mudahan pelaku bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya," ujarnya.
Sementara itu Produser Eksekutiv RTV Vicky Damanta mengenal Sandy sebagai sosok yang pendiam namum menyukai tantangan. Bahkan terakhir kali Sandy sempat melakukan peliputan pengungsi Rohingya di Bangladesh.
"Tentu kita sangat kehilangan sosok almarhum yang pendiam, rajin dan suka tantangan," ucap Vicky.
Sandy merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan Ahmad Syafiek dan Tintin Sumartini. Semasa hidupnya Sandy merupakan seorang produser dalam program Lensa Indonesia Malam yang tayang di RTV. (ern/gbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini