Cerita Warga Kebon Pala yang 'Langganan' Banjir dan Ngungsi

Cerita Warga Kebon Pala yang 'Langganan' Banjir dan Ngungsi

Aditya Mardiastuti - detikNews
Selasa, 06 Feb 2018 10:49 WIB
Banjir di Kebon Pala pukul 06.00 WIB (Foto: Dok. Iin/pembaca detikcom)
Jakarta - Warga di Kebon Pala, Tanah Rendah, Kampung Melayu, Jakarta Timur masih dikepung banjir. Kawasan ini langganan banjir. Bahkan, ketinggiannya hingga sedada orang dewasa.

"Kalau sekarang ketinggian air sampai selutut sama paha orang dewasa," ujar pembaca detikcom, Iin saat dihubungi via telepon, Selasa (6/2/2018).

Iin menambahkan pagi tadi sekitar pukul 06.00 WIB, ketinggian air bahkan mencapai dada orang dewasa, atau sekitar 80-100 sentimeter. Dia mengatakan sejak Senin (5/2) malam, warga sudah mulai mengungsi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tadi pagi pukul 06.00 WIB nganterin nasi (untuk) anak saya sama mertua di tempat adik ipar. Dia agak tinggian datarannya, masih sedada orang dewasa," ceritanya.

Banjir menyisakan lumpur tebal di Kebon PalaBanjir menyisakan lumpur tebal di Kebon Pala Foto: Dok. Iin/pembaca detikcom

Salah satu lokasi yang menjadi titik pengungsian adalah bangunan ruko yang baru dibangun di tepi Jl Jatinegara. Iin menambahkan banyak warga yang juga mengungsi di ruko tersebut.

"Saya di ruko-ruko baru, belum ada orang. Karena di Puskesmas dan kelurahan sudah penuh, kalau SMP kan tetep dipake (belajar-mengajar) berjalan, SD penuh parkiran motor," jelasnya.

"Di 2 RW, di RW 7 itu ada 18 RT, kalau di RW 8 kayaknya ada 16 RT," jelasnya.
Warga mulai membersihkan rumahnya dari endapan lumpurWarga mulai membersihkan rumahnya dari endapan lumpur Foto: Dok. Iin/pembaca detikcom

Dia mengatakan saat ini beberapa warga sudah mulai membersihkan rumahnya. Ketinggian banjir pun berangsur surut.

"Sekarang sudah ada yang mulai bersih-bersih. Duh, lumpurnya tinggi banget," terang Iin.

Iin menambahkan lokasi rumahnya langganan banjir. Namun, menurut dia, ketinggian air setinggi dada orang dewasa merupakan siklus banjir lima tahunan.

"Sering (banjir) ini kan 5 tahun sekali, rumah aku kan belakangnya bantaran Kali Ciliwung. Bahkan kalau di rumah itu pintu jendela sudah lewat (air). Jadi kalau di tempat saya tinggal nggak nunggu tahunan, setahun bisa 10 kali banjir. Hujan dikit aja bisa banjir sedengkul, sepaha," bebernya.

Dia pun berharap ada bantuan yang mengalir ke lokasi pengungsiannya. "Yang sudah-sudah nanti setelah agak kering beberes baru ada posko-posko yang nganter nasi. Tapi nanti kalau sudah kering 2 hari ada (bantuan) kayak mie instan, gitu-gitu," ujarnya.


(ams/aan)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads