Satu Kasus Busung Lapar Ditemukan di Ambon

Satu Kasus Busung Lapar Ditemukan di Ambon

- detikNews
Senin, 20 Jun 2005 18:30 WIB
Ambon - Harun (1 tahun 3 bulan) terbaring lemas di dipan tempat tidur yang hanya beralaskan kain dan kardus. Sebuah bantal kecil menopang kepala Harun yang terlihat besar. Tak ada senyum atau tawa di wajahnya. Harun terlihat sangat kurus. Matanya nanar dan tajam melihat sejumlah koresponden wartawan nasional yang meliputnya.Selang beberapa lama, tangisan Harun memecah kesunyian. Sejumlah pertanyaan wartawan yang dialamatkan kepada ibunya terpaksa tertunda. "Sebentar ya, saya angkat anak saya dulu," pinta Wa Amra (35), ibunda Harun saat ditemui di rumahnya di sudut kota Ambon, Senin (20/6/2005).Saat ditimbang pada Februari 2005, Harun berumur 10 bulan memiliki berat 5,6 Kg, seperti tercantum dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) yang diletakkan ibunda Harun di bawah kardus pengalas tempat tidur yang terbuat dari papan. Namun sejak empat bulan terakhir, Harun tidak pernah lagi ditimbang di Posyandu yang terletak satu kompleks dengan rumahnya itu. Akibatnya, perkembangan kondisi tubuh Harun tidak bisa terdeteksi pihak Puskesmas. Buntutnya, Harun terserang busung lapar. "Dia kalau dikasih makan, makanan terus dimuntahkannya termasuk susu. Makanya sampai saat ini dia hanya minum air putih," ungkap Wa Amra.Harun, kata Wa Amra, sudah tiga kali diobati oleh seorang bidan yang bekerja di RSU Al Fatah Ambon. Hanya saja, kondisinya tidak mengalami perubahan. Bahkan berat badannya mengalami penurunan drastis, menjadi 4,5 Kg. "Kata Bidan, dia menderita penyakit yang sama di berita-berita televisi," ujar ibunda Harun.Kepala Puskesmas Waihaong, dr Wendi Pattisahusiwa yang ditemui sejumlah wartawan di ruang kerjanya, Senin (18/6/2005) siang, mengaku kaget dengan penemuan wartawan. Karena menurut Wendi, pihaknya selalu melakukan pemantauan ketat melalui pelayanan Posyandu dan Puskesmas. Setelah dicecar berbagai pertanyaan, Wendi langsung menelepon anak buahnya yang menangani persoalan ini. Dan untuk mengetahui kebenaran berita itu, Wendi bersama beberapa anak buahnya termasuk dr Yusda Tuharea, dokter umum pada puskesmas Waihaong, dan wartawan langsung menuju kediaman Harun. Setelah melihat kondisi Harun, serta merta dr Wendi langsung memerintahkan ibunda Harun dan Ayah Harun, La Ata, seorang tukang becak, membawa Harun ke Puskesmas. Dari Puskesmas, Harun kemudian dilarikan ke RSU Al Fatah Ambon untuk mendapatkan perawatan intensif. Dalam beberapa jam saja, selang infus langsung dipasang di tangan kiri Harun yang hanya tinggal tulang itu. Hasil pemeriksaan sementara pada diri Harun, ditemukan kuat adanya penyakit busung lapar. "Ada kemungkinan anak ini terkena busung lapar," kata dia. Sebenarnya, Harun juga mendapatkan makanan tambahan (TMT) dan imunisasi lengkap. "Dia juga dapat itu. Hanya karena orang tuanya tidak pernah lagi ke Posyandu atau puskesmas, makanya kondisi tubuh Harun tak terdeteksi. Pokoknya, Harun harus dilarikan ke RS. Ini demi keselamatan Harun," tegas dr Wendi, yang terlihat kesal dengan kedua orang tua Harun.Di lain pihak, para tentangga Harun, yang menyaksikan sendiri penanganan dokter serta wartawan, sempat marah terhadap orang tua Harun yang terkesan cuek dengan kondisi Harun. "Dia punya mama terlalu keras kepala. Sudah bilang ke posyandu atau puskesmas untuk berobat, tapi tetap saja tidak mau," cetus beberapa warga.Hingga berita ini dinaikkan, Harun masih terbaring lemas di Unit Gawat Darurat (UGD) RSU Al Fatah Ambon. (asy/)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads