Melihat Bu Ita yang Tetap Tenang Meski Rumahnya Kebanjiran

Melihat Bu Ita yang Tetap Tenang Meski Rumahnya Kebanjiran

Seysha Desnikia - detikNews
Senin, 05 Feb 2018 16:40 WIB
Banjir di Kampung Melayu, Jakarta Timur Foto: Seysha Desnikia/detikcom
Jakarta - Ibu Anita (37) adalah salah satu warga di Kampung Melayu, Jakarta Timur, yang rumahnya ikut kebanjiran. Dia tetap tenang menghadapi banjir, karena mengaku sudah terbiasa.

detikcom memantau banjir di wilayah RT 013 RW 004 Kampung Melayu, Jakarta Timur, Senin (5/2/2018). Permukiman warga di wilayah ini sudah kebanjiran akibat meluapnya air Sungai Ciliwung.

Salah satu warga yang rumahnya kebanjiran adalah Ibu Anita. Saat detikcom hampiri, dia sedang duduk di atas kursi plastik sambil memainkan handphone di tangannya. Kedua kakinya diselonjorkan ke kursi lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Banjir di Kampung Melayu, Jakarta TimurBanjir di Kampung Melayu, Jakarta Timur Foto: Seysha Desnikia/detikcom

Kaki-kaki perabotan di lantai dasar rumah ibu yang biasa disapa Bu Ita ini tampak tergenang air. Barang-barang berharga sudah dia dan suaminya selamatkan di lantai atas.

"Rumah saya ada lantai dua-nya. Anak saya lagi di lantai dua," kata ibu tiga anak ini.


Anita mengatakan, dirinya tidak akan mengungsi seperti juga warga lainnya. Menurut dia, warga di Kampung Melayu sudah terbiasa menghadapi banjir.

"Nggak ngungsi. Kalau lantai dua-nya masih aman, masih belum ngungsi," ujar Anita.

"Ya soalnya saya di sini dari lahir, ini kan banjir tahunan, setiap tahun banjir tapi banjir gede itu 5 tahun sekali," ucap Anita yang mengenakan kaos warna putih dan celana warna cokelat ini.

Ibu Anita, warga Kampung Melayu, Jakarta TimurIbu Anita, warga Kampung Melayu, Jakarta Timur Foto: Seysha Desnikia/detikcom

Meski sudah terbiasa dengan banjir tahunan, Anita mengaku sebenarnya berharap kondisi ini tidak terus terulang. Namun, dia mengaku agak khawatir jika Pemprov DKI Jakarta melakukan normalisasi yang bakal berakibat pada penggusuran.


"Harapannya ya biar nggak banjir. Kalau normalisasi kita takut digusur juga, jadi ada pro ada kontranya," ujarnya.

Ibu lainnya bernama Armana (49) berpendapat senada dengan Anita. Dia sebenarnya berharap ada normalisasi agar tidak banjir, namun takut digusur.

"Iya. Memang yang sudah sudah kan digusur," ujarnya.

"Bisa saja normalisasi seperti yang sudah sudah seperti RW satu, dua dan tiga, jadi dia udah nggak kena banjir. Mungkin lebih bagusnya ada normalisasi disamakan, tapi tidak ada imbasnya ke yang belum dinormalisasi," sambungnya.

Pendapat berbeda disampaikan warga bernama Hendra (42). Dia berharap warga di Kampung Melayu yang mendirikan rumah di bantaran kali segera digusur. Menurutnya, normalisasi kali adalah kunci agar banjir tidak terus berulang.


Dua warga kaum ibu lainnya bernama Rahmawati (52) dan Guannio (58) juga berpendapat senada dengan Hendra.

"Saya rumahnya di situ (lokasi banjir). Kalau digusur saya mah malah mau, kan dapet ganti rugi daripada banjir gini terus," ucap Rahmawati.

"Kalau udah waktunya (digusur) saya terima aja, ini kan rumah mertua. Saya terima aja, kan nanti juga dapet ganti rugi," ujar Guannio.


(hri/fdn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads