"Masyarakat hendaknya hati-hati dalam masalah yang dapat merusak akidah dan keimanan kita kepada Allah SWT. Hal-hal yang kita anggap kecil bisa menjerumuskan ke dalam kemusyrikan jika kita salah dalam niat kita, apalagi yang jelas-jelas mengarah perbuatan yang musyrik, seperti mempercayai dan meyakini kekuatan ghaib selain Allah SWT," kata Wakil Ketua MUI Zainut Tauhid kepada detikcom, Sabtu (3/2/2018) malam.
Menurutnya, masyarakat harus melakukan klarifikasi dan mengecek kembali kabar yang diterima. Hal itu ditujukan agar tidak terjatuh dalam kesesatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zainut mengapresiasi langkah pemerintah setempat yang cepat mengantisipasi dampak dari isu-isu yang berkembang di masyarakt. Ia pun mengajak agar tidak saling menyalahkan terkait munculnya isu mistis yang dikaitkan dengan batu bersusun tersebut.
"MUI mendukung langkah-langkah Muspika di daerah yang cepat mengantisipasi hal tersebut dengan melibatkan ulama dan MUI setempat. MUI juga berharap langkah tersebut dilakukan dengan pendekatan persuasi dan proses penyadaran untuk mengajak kelompok tersebut kembali kepada ajaran islam yang benar. Tidak boleh melakukan dengan cara-cara kekerasan dan main menyalahkan. Boleh jadi mereka tidak memahami perbuatannya itu sebuah kesalahan yang dapatt berakibat rusaknya iman mereka," ucap Zainut.
Sebelumnya, terdapat batu yang bersusun rapi sebanyak 90 buah di aliran sungai Kampung Cibojong, RT 01 RW 01, Desa Jayabakti, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Foto dan video batu itu viral di media sosial.
Namun batu-batu itu dikaitkan dengan hal mistis oleh sebagian orang. Untuk menghindari hal tak diinginkan, batu-batu itu dihancurkan.
"Setelah mendapat informasi saya langsung ke lokasi, saya serap informasi dari warga yang mengaku melihat sejumlah orang yang membuat batu-batu itu menjadi bersusun. Dan Alhamdulillah, hari itu juga saya bersama aparat MUI dan Muspika Kecamatan Cikidang langsung menghancurkan batu-batu itu," kata Ading Ismail, Camat Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi melalui sambungan telepon dengan detikcom, Sabtu (3/2) kemarin.
Ading menyebut ulah oknum warganet yang memposting dengan dibumbui hal mistis tidak bisa diterima. Bahkan, setelah Muspika menghancurkan susunan batu tersebut postingan lainnya muncul dan menyebut ada warga kesurupan pasca perusakan batu-batu bersusun itu.
"Siang saya hancurkan malamnya muncul lagi postingan, menyebut ada 9 warga kesurupan. Saya langsung minta tolong ke aparat desa untuk melakukan pengecekan dan ternyata itu hoax," ujar Ading. (haf/nvl)











































