"(Buka-tutup Jalan Jatibaru Raya) karena nggak matang perencanaannya. Bagaimana mau konsisten, sudah begitu orang protes kan. Nah kalau sudah diprotes mau diapain? Ya sudah batalin. Jadinya kan kesannya main-main," kata Agus saat dihubungi detikcom, Jumat (3/2/2018).
Agus pun heran mengapa kebijakan penataan kawasan Tanah Abang justru fokus terhadap PKL. Kata dia, aspek integrasi antar moda tranportasi justru terabaikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agus mengaku sudah memberikan sejumlah saran ke Kepala Dinas Perhubungan DKI Andri Yansyah mengenai penataan kawasan Tanah Abang. Saran dia, Dishub DKI harus membuat pengalihan rute angkutan kota dengan jangka panjang.
"Nggak bisa sepotong-sepotong. Harus semuanya. Kalau itu kan cuma sekitar jalan Jatibaru saja. Muter ke sana. Itu makanya saya bilang di-rerouting semua angkutan umum di Jakarta dengan mengantisipasi 20 tahun mendatang. Jadi MRT di mana, itu harus ditata. Nggak ada penataan kota dalam hitungan hari di seluruh dunia, nggak ada," papar Agus.
Pemprov DKI kembali membuka Jalan Jatibaru Raya supaya bisa dilintasi oleh angkutan umum lain selain bus Tanah Abang Explorer. Kebijakan tersebut ditetapkan karena tuntutan sopir mikrolet rute Tanah Abang.
Pemprov DKI sebelumnya menutup Jalan Jatibaru Raya dan hanya mengoperasikan bus Tanah Abang Explorer. Karena kebijakan tersebut, pendapatan mikrolet rute Tanah Abang menurun drastis. (zak/nkn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini