"Itu kan ketahuan bahwa itu nggak ada penataan ya, kemudian dicoba-coba saja. Jadi memang kelihatan sekali ini memang program, apa namanya, supaya kelihatannya berpihak kepada rakyat kecil tetapi ternyata ada yang diinikan juga kan, ada rakyat kecil yang diberpihakan tapi ada yang dikorbankan seperti mikrolet," kata anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Ellen Tangkudung saat dihubungi detikcom, Jumat (2/2/2018).
Ellen menuturkan gonta-ganti penataan kawasan Tanah Abang menandakan tidak adanya perencanaan yang baik. Seharusnya, sejak awal program transportasi terintegrasi besutan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, OK Otrip diuji coba di kawasan Tanah Abang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ellen menerangakan jika dilihat dari segi transportasi seharusnya salah satu ruas di depan Stasiun Tanah Abang tak dijadikan lahan untuk para PKL berjualan. Karena diketahui kemacetan di sekitar Tanah Abang diakibatkan karena minimnya akses jalan.
"Kalau dari sisi transportasi itu jalan tidak boleh ditutup untuk yang lain, untuk kegiatan PKL. Intinya di situ. Nah ketika itu ditutup berarti ada hal yang tidak benar. Jadi kalau dari sisi transportasi harusnya tidak ditutup jalan itu untuk kegiatan yang lain, tapi hanya untuk kegiatan transportasi. Apalagi di situ daerah macet, jalanannya kurang sebenarnya, kenapa diambil?" sesal Ellen.
Pemprov DKI diketahui menutup Jalan Jatibaru Raya depan Stasiun Tanah Abang. Salah satu ruas jalan di depan stasiun itu dijadikan lahan untuk PKL berjualan.
Namun, karena ada desakan dari sopir mikrolet rute Tanah Abang jalan tersebut kembali dibuka. Buka-tutup jalan itulah yang menurut Ellen seperti kebijakan coba-coba. (zak/nkn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini