"Sementara yang meninggal itu sampai hari ini 71 (orang). Kita lihat ini dari beberapa tahun, bukan hanya ini saja," kata Idrus di kantor Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (31/1/2018).
Idrus sendiri rencananya akan mengikuti rapat bersama Menko PMK Puan Maharani untuk membahas tindak lanjut penanganan KLB di Asmat. Ia menyebut sejauh ini Kemensos telah mengirim bantuan 3 ton makanan untuk membantu warga Asmat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain makanan, ia mengaku ada program komunitas adat terpencil di Asmat. Nantinya, komunitas itu dipusatkan di beberapa lokasi agar mempermudah menyalurkan bantuan dan memberi pembinaan.
"Dalam satu-dua tahun ini kita sudah menyiapkan anggaran Rp 3 miliar. Kita sudah mulai program yang ada. Dengan adanya pertanyaan presiden waktu itu apa memungkinkan dilakukan relokasi. Setelah kita lakukan kajian dan memperhatikan kondisi wilayah, maka yang bisa kita lakukan adalah bagaimana supaya di beberapa tempat kita konsentrasikan dalam rangka membangun komunitas adat terpencil," ucap Idrus.
Selanjutnya, Idrus juga menyebut ada laporan 25 orang yang diduga mengidap gizi buruk di wilayah pegunungan di Papua. Saat ini menurut Idrus konsentrasi penanganan gizi buruk berada di Asmat.
"Ada info misalnya di daerah pegunungan kemarin ada 25 orang, kita dari Kementerian Sosial sudah minta untuk coba memonitor itu. Konsentrasi kita ada di Asmat karena sudah dikatakan KLB," ungkapnya.
Sebelumnya, data di Posko Induk Penanggulangan KLB Asmat di Agats menyebutkan 37 anak meninggal di Distrik Pulau Tiga, 15 anak di Distrik Fayit, 8 anak di Distrik Aswi, 4 anak di Distrik Akat, dan 6 lainnya meninggal di RSUD Agats.
Wabah campak dan gizi buruk dari September 2017 hingga 24 Januari 2018 mengakibatkan 65 korban meninggal akibat gizi buruk, 4 anak lainnya karena campak, dan 1 orang karena tetanus. (haf/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini