"Perempuan merupakan aktor stratrgis dalam upaya penguatan toleransi dan perdamaian," kata Direktur The Wahid Foundation Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman (Yenny) Wahid, di Hotel JS Luwansa, Jl HR Rasuna Said, Jakarta, Senin (29/1/2018).
Dia berbicara dalam paparan survei 'Tren Toleransi Sosial-Keagamaan di Kalangan Perempuan Muslimin Indonesia'. Survei dilakukan pada 6 sampai 27 Oktober 2017, melibatkan 1.500 responden laki-laki dan perempuan dk 34 provinsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Survei dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI), didukung oleh UN Women dan Wahid Foundation. Ini adalah bagian dari program UN Women yang didukung Pemerintah Jepang bertajuk 'Perempuan Berdaya, Komunitas Damai Indonesia 2017-2018'.
"Perempuan lebih banyak mendukung hak kebebasan menjalankan ajaran agama atau kepercayaan dibanding laki-laki," kata Yenny membacakan temuan survei.
Salah satu komponen survei, ada laporan soal 'dukungan terhadap kebebasan menjalankan ajaran agama'. Pertanyaan yang disodorkan ke responden yakni soal setuju atau tidak setuju bila semua warga negara Indonesia bebas menjalankan ajaran agama termasuk di luar agama yang dikenal di Indonesia (Yahudi, Sinto, Sikh, Zoroastrianisme).
Hasilnya, 79% responden setuju, 6,4% tidak setuju, 14,6% tidak punya sikap. Namun bila responden dipisah berdasarkan perempuan dan laki-laki, maka terlihatlah bahwa perempuan lebih toleran ketimbang laki-laki.
80,7% Perempuan setuju kebebasan beragama. Adapun laki-laki yang setuju kebebasan beragama hanya 77,4%. Namun perempuan yang tidak setuju kebebasan beragama sebesar 7,2% sedangkan laki-laki ada 5,6%. Yang tak punya sikap atau tidak menjawab, perempuan ada 12,1% dan laki-laki ada 17,0%.
54,7% Survei dilakukan di Jawa, selain itu dilakukan pula di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Nusa Tenggara, dan Bali.
(dnu/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini