"Kalau dihidupkan lagi, susah, kalah sama mesin, sudah kalah Go-Jek itu. Selama ada Go-Jek, sepi," kata Pangaliman saat ditemui di dekat kampus UPN Veteran, Pondok Labu, Cilandak, Jaksel yang berbatasan dengan Cinere, Depok, Jumat (26/1/2018).
Dalam sehari, Pangaliman biasanya mengantarkan penumpang dua hingga tiga orang. Namun kadang dia tak mendapat penumpang sama sekali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pangaliman memasang tarif Rp 15-20 ribu dalam sekali perjalanan. Lokasi antar penumpang memang tak terlalu jauh, masih di sekitar Pondok Labu dan Pangkalan Jati.
Untuk menambah pendapatan, Pangaliman juga mengerjakan pekerjaan lain jika ada yang menawarkan. Menurutnya, rezeki setiap orang telah diatur.
"Makanya ada rezeki, kalau ada nyuruh apa-apa, kan yang penting (usaha), ya namanya rezeki kan gitu," ujarnya.
Pangaliman masih menggantungkan hidup dari becak bersama sahabatnya, Lasono (55). Setiap hari, mereka biasanya keluar dari rumah pukul 06.00 dan pulang pukul 19.00 WIB.
Meski telah memasuki usia kepala lima, keduanya mengaku tetap kuat mengayuh becak. Pangaliman dan Lasono mengaku bisa mengantarkan dua hingga tiga penumpang dalam becaknya.
"Dua orang bisa, tiga orang kuat," ujarnya.
Becak saat ini mulai ramai diperbincangkan seiring dengan wacana dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk menghidupkan kembali transportasi itu di Ibu Kota. Becak nantinya akan beroperasi di kampung-kampung, bukan di jalan raya.
Sebelumnya, Anies juga mendapat laporan salah satu kawasan di Jakarta Selatan yang terdapat becak, yakni di daerah Ciganjur. Sedangkan untuk kawasan Pondok Pinang, dia belum mendapat laporan.
"Saya belum dapat laporan di Pondok Pinang, tapi laporan itu sekitar Ciganjur," kata Anies di Balai Kota, Jumat (26/1). (knv/idh)