Nama Martuani Sormin mencuat dan jadi perbincangan besar di Januari 2016. Dia merupakan satu dari tiga anggota polisi yang berhadapan langsung dan melakukan baku tembak dengan kelompok bom Thamrin.
Saat itu Martuani yang masih berpangkat Kombes dan menjabat sebagai Karopos Polda Metro hendak ke Monas melakukan pengawalan unjuk rasa. Di tengah perjalanan saat melintasi Sarinah, dia mendengar ada bunyi ledakan, yang awalnya dikira ledakan kompor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Martuani lantas meminta sopir untuk putar arah ke sumber ledakan. Dari situ, dia meminta anggotanya untuk membuat perimeter pengamanan.
"Berhenti persis didepan starbuck cafe. Saya turun dan segera memerintahkan anggota lantas untuk tutup dan mengisolasi TKP," kata Martuani.
Saat itu Martuani belum bisa mengenali situasi dengan seksama. Tiba-tiba saja mobilnya dilempar bom.
"Saya tidak tahu kalau di belakang saya sudah ada anggota teroris yang acungkan senjata dan menembak kerumunan orang dekat pos Polisi. Orang yang berbaju hitam tertembak jatuh," kata Martuani.
Martuani lantas bergerak mendekat Starbucks yang menjadi lokasi yang dituju dua anggota teroris. Saat itu dia berjumpa dengan anggota polisi lain yang berbaju putih, belakangan dia diketahyi adalah AKBP Untung Sangaji. AKBP Untung datang bersama ajudannya yang bernama Ipda Tamat.
"Kita mulai menembak pelaku yang berbaju hitam bersembunyi di balik mobil putih," kata Martuani.
Baku tembak dimenangkan oleh tiga polisi. Di tengah baku tembak itu, bom yang dibawa pelaku meledak.
"Pelaku tertembak. Kemudian meledak. Kami bertiga masuk memastikan pelaku meninggal. Ditemukan bom lempar diransel pelaku dan senjata pistol jenis FN," kata Martuani.
Atas kiprahnya itu, Martuani, Untung dan Tamat dianugerahi pin emas dari Kapolri. Tak lama kemudian ketiganya mendapatkan promosi.
(fjp/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini